Ojek Online dan Perkenalanku dengan Surti, Wanita Super yang Menghidupi Sembilan Anak

Ojek Online dan Perkenalanku dengan Surti, Wanita Super yang Menghidupi Sembilan Anak – “Ingat Ko, besok harus sampai rumahku pagi buta. Jangan sampai tidak…!”, pesan Nata sembari meninggalkan Marko sendirian di depan rumah.


“Beres….!” Teriak Marko seolah ingin memastikan semua yang dikhawatirkan sahabatnya tidak akan terjadi.

“Hari gini telat. Enggak mungkinlah – kan ada ojek online…” gumam Marko menggerutu mengingat sikap temannya yang terlalu khawatir. 

“Ojek online… iya juga ya. Kenapa aku enggak kepikiran, dari pada merepotkan Nata. Kasihan juga dia…” Marko segera mengeluarkan ponsel dari saku celana jeans miliknya. Sesaat kemudian ia langsung menghubungi sahabatnya.

“Ta… besok enggak usah jemput. Aku berangkat sendiri aja…”

“Ih, siapa juga yang mau jemput… Ha… berangkat sendiri, yakin loh?”

“Iya… loe tunggu aja di lokasi. Gua langsung ke sana…”

“Emang loe mau naik apa Dul…!”

“Ojek…!”
“Ojek… ojek dari hongkong, memangnya di daerah kamu ada tukang ojek…!”

“Eh… jangan asal ya kalau ngomong. Lagian, zaman now gitu loh… pakai ojek online lah…!”

“Gaya mu Dul…! Tapi iya juga sih… ya sudah terserah kamu saja!”

Marko segera masuk ke dalam rumah. Tempat pertama yang dituju adalah meja makan. “Bu… makan pakai apa sore ini…?” teriak Marko karena tidak melihat batang hidung Aminah, ibu Marko.

“Bu…!” karena tak mendapatkan jawaban, sekali Marko berteriak. “Woi… apa sih. Di dalam rumah kok teriak-teriak!”, suara sang ibu menyahut dari dapur. 

Mendengar jawaban ibunya, Marko langsung menghampiri sang ibu. “Lagian ibu ditanya enggak jawab sih…” ucap Marko setelah melihat ibunya di dapur. “Ibu lagi masak ya! Sini aku bantu…!” lanjut Marko

“Wah… wah… tumben manis benar sama ibu. Pasti ada udang di balik bakwan nih!”

“Ah, ibu tahu aja… Biar cepat matang. Lapar nih!”, ucap Marko sedikit manja.

Malam itu, Marko mempersiapkan segala keperluan untuk esok hari. Esok adalah hari yang penting, antara masa lalu dan masa depan, antara hidup dan mati Marko. 

Ia akan menemui dosen pembimbing skripsinya untuk konsultasi. Maklum, sang dosen adalah orang yang sangat sibuk dan kebetulan rumahnya juga tidak dekat. 

Pagi buta, Marko telah memesan ojek online. Tepat pada waktu yang dijanjikan, datanglah seorang tukang ojek dengan seragam resmi. 

“Selamat pagi, mas Marko ya? Saya ojek yang tadi mas pesan”

“What… oh, iya… iya…”

Seorang wanita paruh baya – hampir seumuran Marko berdiri dihadapan Marko dengan pakaian seragam ojek lengkap. Badannya tegap, ia berdiri begitu gagah disamping kuda besi yang ditungganginya. 

“Sudah siap mas, bisa langsung berangkat?”

“Oke… oke… sudah siap…”

Marko tidak menyangka, supir ojek yang datang ternyata adalah seorang wanita. Tapi, apa boleh buat, Marko tentu tidak bisa menolaknya hanya karena ia perempuan. 

Di jalan, takjub yang selanjutna Marko rasakan. Cara wanita itu mengendarai motor, seperti pembalap professional – tidak lambat dan sangat hati-hati. Ia juga sangat ramah. Di perjalanan ia mengajak Marko berbincang. 

“Wanita ini sepertinya berpendidikan, gaya bahasanya juga cukup baik, bahkan ia juga tahu benar apa yang menarik bagi seorang mahasiswa semester akhir seperti aku ini”, pikir marko.

Singkat cerita, setelah menyelesaikan tugasnya, wanita tersebut mengucapkan terima kasih dan memperkenalkan diri.

“Mas Marko, terima kasih banyak. Saya Idah Mas, panggil saja Mbak Idah. Tadi kita belum sempat kenalan. Siapa tahu Mas Marko membutuhkan jasa saya, mas bisa langsung kontak saya.” Ucapnya.

“Iya Mbak, pasti nanti kalau saya butuh bantuan saya akan hubungi Mbak Idah…” jawab Marko

Marko berjalan pelan masuk ke rumah. Dalam benaknya ia masih tidak percaya seorang ibu, wanita yang sudah cukup tua bisa berada di jalan menjadi sopir ojek online. 

Hari bergulir. Sejak saat itu, Marko sepertinya ketagihan, merasa lebih nyaman menggunakan jasa moda transportasi online. Sekali dua kali ia menghubungi Idah. Lama kelamaan pun jadi langganan. 

“Bu… masih ada ya wanita super di zaman now ini”, ucap Marko suatu malam kepada ibu dan ayahnya.

“Maksud kamu?” tanya sang ibu

“Itu loh Bu, Pak. Masih ingat tukang ojek yang sering nganterin Marko kan? Dia itu cewek loh, sudah tua tapi mantap benar…” jelas Marko.

“Hush… sembrono kamu itu!” gertak sang ayah.

“Ayah… bukan itu maksud Marko. Ibu itu namanya tuh Mbak Idah. Dia itu sudah berkeluarga, anaknya banyak. Dia kan sudah tua, tapi tahu tidak yah, dia jago bawa motor. Pengalaman!”

Selanjutnya, Marko pun menceritakan panjang lebar kepada kedua orang tuanya mengenai Idah sang sopir ojek online langganannya. 

“Yang lebih hebat Yah, Bu… dia itu menghidupi Sembilan anak. Benar-benar Kartini dia itu Bu!”, jelas Marko lagi.

“Apa… Sembilan orang anak!”, tanya sang ibu. “Iya bu… Sembilan. Tapi itu bukan anaknya semua. Anak kandungnya empat. 

Tiga anak saudaranya yang tertimpa musibah dan dua anak yatim. Padahal kehidupan ekonomi ibu itu jauh dari kata cukup” ucap Marko lagi.

“Ya itu Ko, harusnya kamu banyak belajar dari orang-orang seperti itu…” ucap sang ayah. Marko menghela nafas panjang. 

Baru memikirkan jumlah anak yang dirawat saja Marko sudah bisa merasakan betapa beratnya beban yang harus ditanggung Mbak Idah. “Benar-benar mengagumkan, inspiratif!”

---oOo---

Back To Top