Pembangkit listrik tenaga panas bumi saat ini masih menjadi pembangkit alternatif dan terbarukan dalam mengatasi kekurangan listrik di Indonesia. Pemerintah pun telah mengupayakan penyelesaian kontrak kontrak dengan para perusahaan listrik milik asing.
Seperti star energy. Star energy menjadi pengelola pembangkit listrik tenaga panas bumi terbesar di Indonesia pasca akuisisi dua aset Chevron Corporation yakni gunung salak dan darajat.
Sementara star energy, perusahaan afiliasi PT Baerito Pasific Tbk, yang dikendalikan pengusaha nasional Prajogo Pangestu, sebelumnya sudah mengelola PLTP Wyang Windu dengan kapasitas 287 MW.
Dengan demikian, setelah mengelola PLTP Gunung Salak, darajat dan wayang windu, total kapasitas PLTP yang dikelola star energy menjadi 934 MW atau terbesar di Indonesia.
Konsorsium star energy pada 31 maret 2017 telah menyelesaikan pembelian dua asset chevron yakni gunung salak dan darajat. Sementara untuk aset panas bumi chevron di Filipina paling lambat tuntas pada akhir tahun 2017.
Pada 22 Desember 2016, konsorsium star energy dan chevron meneken "share sale and purchase agreement" untuk dua aset di Indonesia dan satu aset di Filipina tersebut.
Nilai akuisisi asset diperkirakan mencapai 2,3 miliar dolar AS atau setara 31 triliun rupiah.
Konsorsium star energy untuk pembelian PLTP yang dikelola chevron terdiri atas star energy group holdings, star energy geothermal, AC energy dll.
Ini tentu menjadi potensi yang luar biasa bagi perkembangan kebangkitan energi di tanah air. Dan kita berharap dari investasi ini dapat bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat dan kemakmuran.(Gunarto)