Nay, Madu dan Racun dalam Satu Cawan - Awal pertemuan Rico sudah terjadi
beberapa tahun lalu. “Hai, aku Rico”, ucap Rico memperkenalkan diri pada
seorang gadis yang ditemuinya di halte busway. Rico mengulurkan tangan.
“Nay”, jawab gadis itu singkat
tanpa menyambut uluran tangan Rico. Senyum tipis Rico lemparkan pada Nay. Sang
gadis diam tak bergeming.
Nay adalah sosok gadis berjilbab
yang menggunakan pakaian lebih longgar. Jari tangannya terlihat jenjang.
Matanya jernih. Di punggungnya tampak menggantung tas kecil yang begitu berat.
Rico melebarkan matanya yang
sipit, mencoba menyelami sebanyak mungkin informasi tentang makhluk cantik di
depannya.
Ia berdiri tegak di depan halte.
Ujung kaki kanannya sedikit mengarah ke luar, sementara tangan kirinya mengepit
beberapa buku tebal. Pandangan matanya lurus. Tampak karakter pribadinya yang
keras dan penuh komitmen.
Rico hanya bisa mengucapkan
beberapa patah kata. Tak berhasil membuat Nay banyak bicara. Sekedar sopan
santun, begitulah perkenalan itu.
Melalui beberapa pertemuan yang
tak terduga, Rico mulai menaruh simpati pada gadis tersebut. Mulai pertemuannya
di sebuah café yang ternyata Nay bekerja di sana sampai pertemuan mereka di
sebuah acara pesta ulang tahun.
Rico mulai benar-bener terkesan
pada sosok Nay ketika ia melihat bagaimana sisi lain Nay yang selama ini ia
kenal angker dan dingin. Ternyata, Nay adalah sosok wanita yang hangat, periang
dan juga peduli pada orang lain.
Sosok Nay kemudian menjelma
menjadi sebuah kegundahan hati yang sangat besar. Dilema, kebimbingan dan drama
hidup mulai memenuhi hidupnya sejak ia dengan berani menyatakan bahwa hatinya
jatuh cinta pada seorang muslim.
Rico yang terlahir dari keturunan
cina terikat dengan keluarga yang memiliki kultur budaya yang jauh berbeda. Cintanya
pada Nay mungkin bisa menghancurkan gunung, mengeringkan lautan.
Tak semudah itu Rico menaklukkan hati sang gadis. Nay adalah sosok religius yang tak kan pernah peduli dengan
gemerlap dunia.