Cerita Cerpen Motivasi Hidup: Kenapa Semua Yang Aku Jalani Terlihat Begitu Sulit? - Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau. Mungkin aku lah
yang buta warna atau memang rumput tetanggaku benar-benar lebih hijau. Ah
entahlah. Ini benar-benar terasa sulit. Aku selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik.
Aku selalu
bekerja keras untuk bisa mendapatkan apa yang kuinginkan. Tapi kenyataannya,
aku tak pernah mendapatkan apa-apa. Aku sama sekali tak pernah menjadi yang
terbaik.
Sekalipun aku sudah berusaha mati-matian, tetap saja mereka
lah yang selalu mendapatkan apa yang kuinginkan. Aku seolah selalu berada di
peringkat paling bawah di dunia ini. Semua yang aku jalani selalu terlihat
begitu sulit. Aku iri pada mereka.
Aku marah pada mereka. Mereka selalu bisa bahagia dengan
kehidupan mereka. Mereka sama sekali tak perlu bekerja keras untuk mendapatkan
apa yang mereka inginkan. Hanya dengan menunjuk saja, mereka sudah bisa
mendapatkan semua yang mereka inginkan.
Dan bahkan, saat aku hampir mendapatkan apa yang aku inginkan,
mereka dengan mudah merebut semuanya. Mereka sama sekali tidak peduli pada apa
yang aku rasakan. Bagi mereka, kesenangan dan kebahagiaan diri sendiri adalah
segalanya. Dan aku benci pada mereka.
Aku nista juga murka pada manusia macam mereka. Mereka
tampak begitu menjijikan dimataku. Diotakku, mereka hanya lah setumpukan sampah
yang harus segera disingkirkan. Dan hari ini, aku akan bekerja keras untuk
menyingkirkan sampah-sampah semacam mereka.
Hari ini aku berangkat menuju perpustakaan. Aku sudah
berniat untuk membaca buku sebanyak-banyaknya. Tidak peduli mataku harus min
atau aku akan terkena penyakit mata lainnya. Yang aku butuhkan sekarang adalah
ilmu. Aku percaya, dengan ilmu dan
wawasan yang luas aku akan bisa menyingkirkan mereka. Sampah-sampah yang selalu
mengotori dunia ini.
Sesampainya di perpustakaan, aku kembali bertemu dengan
wanita itu. Dia terlihat menarik. Wajahnya cantik dan juga kulitnya putih
bersih. Dia menggunakan kacamata. Rambutnya diikat satu kebelakang. Membuat dia
tampak lebih anggun dan dewasa.
Sudah dua kali ini aku melihatnya di perpustakaan.
Sebelumnya aku sama sekali tidak pernah melihat wanita itu. kurasa dia adalah
seorang mahasiswa baru atau hanya seorang mahasiswa pindahan.
Tapi, dari penampilannya aku bisa menebak kalau dia adalah
mahasiswa pindahan. Dia terlihat dewasa dari caranya berpakaian. Ah sudahlah,
untuk apa juga aku memikirkannya. Lebih baik aku segera mencari buku dan segera
membacanya. Aku ingin segera menyingkirkan sampah dari muka bumi ini.
Sebagai awalan, aku mengambil sebuah buku motivasi dengan
judul ‘Singkirkan Sainganmu!’. Hanya membaca judulnya saja semangatku sudah
berkobar-kobar. Meluap-luap seperti lava gunung merapi. Ingin segera meledak
dan panasnya akan bisa menghapus sampah-sampah dari muka bumi ini.
Saat membuka lembar pertama, aku langsung mengerutkan dahi.
Buku ini sangat aneh. Terlalu banyak kalimat yang bersifat majas didalam nya.
Terlalu banyak prasa dan itu membuat kepalaku pusing.
Aku merasa sama sekali tidak menemukan apa yang aku cari.
Aku ingin mendapatkan kiat-kiat guna mengalahkan sainganku. Tapi, yang aku
dapatkan justru sebuah kalimat sastra motivasi yang sama sekali tak berguna
menurutku. Terlalu banyak cerita didalamnya. Dan selalu berakhir bahagia di
akhir ceritanya. Membosankan. Seperti serial drama di tivi-tivi.
Aku terus membaca meski aku tidak mengerti. Aku yakin aku
pasti bisa mendapatkan ide dari buku ini. Aku percaya dengan membaca aku akan
menjadi berilmu dan bisa mendapatkan apa yang aku inginkan.
Sudah dua puluh menit lebih aku membaca. Tapi, aku
benar-benar merasa tak mendapatkan apapun. Aku mulai gusar sekarang. Kutaruh
kedua telapak tanganku diatas kepala.
Kujambaki kecil-kecil rambutku sendiri. Kutatap dan kubaca
terus kalimat yang ada dibuku itu. Aku tidak ingin menyerah. Tapi, ini
benar-benar sulit. Aku heran kenapa aku tetap saja tidak bisa mendapatkan ide
dari bahan bacaanku.
Aku mulai sedikit frustasi kali ini. mungkin sekarang
penampilanku sudah sangat buruk. Tapi, apa peduliku. Yang terpenting sekarang
bagiku adalah menjadi berilmu dan bisa segera mendapatkan apa yang kuinginkan.
Menyingkirkan sampah-sampah lalu membuat diriku bahagia. Aku ingin itu!
“Hey, kau nampak begitu kesulitan. Apa kau butuh bantuan?”
suara seorang gadis mengagetkanku.
Aku mendongak keatas lalu kudapati wajah seorang gadis yang sangat manis. Dia
memakai kacamata dan rambutnya diikat satu ke belakang. Senyumnya mengambang
diwajah cantiknya. Dan kurasa dia benar-benar gadis yang manis.
“Ah, engga kok engga.” Ucapku sedikit gugup. Yah, kurasa aku
begitu gugup berhadapan dengan gadis secantik dia.
“Andrea…” ucapnya pelan. Dia mengulurkan tangannya sembari
tersenyum. Jantungku berdesir halus melihat senyumannya.
“Re..re..Rendi.” Aku menyambut uluran tangannya. Sial! Lidahku
tiba-tiba menjadi keluh. Aku jadi sulit berbicara dan kenapa juga suaraku jadi
terbata-bata.
“Ahaha kamu lucu.” Dia berkata sembari tertawa ke arahku.
Satu tangannya berusaha menutup mulutnya agar suara tawanya
tidak terdengar keras. Sementara tangan yang lainnya sedari tadi masih betah
menempel ditanganku. Aku hanya bengong melihatnya. Aku benar-benar tidak
berkutik dihadapan Andrea. Yah, namanya Andrea.
“Kalo kamu ngerasa segala sesuatunya keliatan berat dan
sulit, coba ikhlasin aja. Pasti bakal jadi mudah dan ringan.” Ucapnya lagi
masih dengan senyum yang mengambang diwajahnya.
Dia melepas jabatan tangan kami lalu terdiam sejenak. Aku
sendiri pun tak mampu berkata-kata. Aku hanya bisa memandangi wajah cantiknya
tanpa sanggup membalas sedikitpun kalimatnya itu.
“Ikhlasin aja sama yang diatas. Kalo emang kamu udah bekerja
keras tapi kamu masih belum bisa ngedapetin apa yang kamu pengenin, coba
pasrahin aja sama Tuhan. insyaAllah semuanya pasti bakal tampak lebih mudah dan
ringan.” Dia kembali berucap.
Dan ucapannya kali ini benar-benar menancap di otakku. Baru
beberapa detik dia terdiam. Tapi seolah kalimat itu masih belum selesai
diucapkan. Aku masih bisa mendengarnya dengan jelas.
Oh Tuhan…. Sepertinya memang benar apa yang dikatakan
Andrea. Selama ini aku terlalu percaya diri. Aku terlalu yakin pada diriku
sendiri. Sampai-sampai aku lupa bahwa hidup ini sudahlah ada yang mengatur.
Maafkan aku Tuhan… mungkin sekarang memang lah waktu yang
tepat bagiku untuk berpasrah diri kepadanya. Menyerahkan segala sesuatu
kepadanya. Aku yakin Tuhan akan menghargai kerja kerasku. Dan aku juga yakin
sampai kapanpun, hasil tidak akan pernah mengkhianati peroses.
“Kok bengong si? Ke kantin yuk. Kamu pasti laper.” Ucapnya
lagi.
“Eh.. iya ayok.”
Aku berjalan bersama Andrea menuju kantin. Aku tidak tau
pesona apa yang dimilikinya. Aku baru saja mengenalnya, tapi sepertinya aku
sudah jatuh hati padanya. Bersamanya, segala sesuatuku terlihat jadi lebih
mudah.
---oOo---