Pengalaman tentang media sosial khususnya facebook bisa saja menjadi sebuah kisah menarik jika dibagikan dengan yang lain. Nah, untuk kali ini, kisah seperti itu akan diangkat dalam sebuah cerpen sederhana karangan sendiri.
Teknologi memang selalu bergerak maju. Media sosial juga menjadi salah satu teknologi informasi yang menjadi hal yang sangat digandrungi. Tua muda, pria dan wanita.
Tiada Hari Tanpa Facebook
Kisah Cerpen Pengalaman tentang Media Sosial Facebook
Hari ini Dini merasa sangat kesal. Ia berjalan masuk kedalam rumahnya dengan wajah yang murung. Langkahnya gontai dan terasa sangat lemas. Bagaimana tidak, hari ini ia baru saja merasa kesal karena dibully oleh teman-temannya.
Dia dibully hanya karena tidak memiliki facebook dan diangap
kuper oleh teman-temannya. Sesampainya ia di kamar, ia langsung
merebahkan tubuhnya. Dia melempar tas
ranselnya sembarang dan melepas sepatunya asal.
Dia benar-benar merasa kesal gara-gara tidak punya facebook.
Dalam hati ia bertanya-tanya. Apa orang yang tidak punya facebook itu berdosa?
Apa facebook itu hukumnya wajib? Kenapa orang yang tidak punya facebook selalu
dibully?
“Derrt….dretttt.derrttt…” Ponsel Dini bergetar dan membuyarkan
lamunannya. Diraihnya ponsel kecil itu dan didapatinya sebuah pesan dari Reni.
‘Kamu dimana Din? Kerumahku cepet. Penting!’ Itulah isi pesan Reni yang
dikirmkan pada Dini.
Reni adalah sahabat karib Dini. Mereka berdua sudah bersama
sejak TK. Dan kini mereka kembali masuk di SMP yang sama. Bahkan, mereka berada
dalam satu kelas. Tanpa pikir panjang Dini pun langsung berganti pakaian dan
bersiap-siap kerumah Reni.
“Mau kemana din? Ini makan siang dulu.” Ucap ibu Dini yang
gelisah melihat anak gadisnya tampak terburu-buru.
“Mau kerumah Reni ma. Ntar aja ma. Dini engga lama kok.”
Lalu Dini berlalu tanpa menoleh kearah ibunya. Ibu Dini hanya
menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Anak gadisnya ini memang selalu
menyusahkan.
“Reni… Ren.. Reni…” Teriak Dini yang kini sudah berada
didepan rumah Reni. Rumah Reni memang tidak jauh dari rumah Dini. Hanya terpaut
dua rumah saja dari rumah Dini.
“Eh, Dini… nyariin Reni?” Tanya ibu Reni yang kini sudah
berada didepan rumah.
“Iya tante. Reninya ada tante?”
“Oh, ada kok. Itu lagi dikamar. Kamu langsung masuk kekamarnya aja.”
“Iya tante makasih.”
Dini pun segera berlari menuju kamar Reni. Ia tidak sabar
ingin segera bertemu dengan karibnya ini. Dia tau pasti ada hal yang
benar-benar penting yang ingin disampaikan oleh Reni.
“Oey. Ada apaan kamu nyuruh aku kesini?” Ucap Dini yang kini
sudah berada didalam kamar Reni.
“Aduhh Dini. Ngagetin aja kamu ini.” Gerutu Reni
“Hehe..” Dini hanya terkekeh melihat wajah sahabatnya.
“Kamu tadi dibully sama anak-anak ya?” Tanya Reni dengan
wajah sedikit sedih.
“Iya.” Wajah Dini ikut murung mengingat apa yang baru saja
terjadi padanya disekolah.
“Aduuuh.. lagian kamu aneh si. Bisa-bisanya ngga punya
facebook.” Ucap Reni. Dini hanya mendengus kesal melihat sahabatnya ikut-ikutan
memarahinya.
“Udah-udah jangan sedih. Sini aku bikini kamu facebook.”
Ucap Reni sembari beranjak menuju komputer dikamarnya.
“Serius?” Tawa Dini menyeringai mendengar apa yang sudah
dikatakan sahabatnya. Matanya berbinar menunjukan bahwa ia sedang benar-benar
bahagia.
“Iya serius lah sini.” Ucap Reni sembari menarik Dini
mendekatinya. Tak perlu menunggu lama, kini akun facebook Dini telah selesai
dibuat. Dini tampak begitu girang.
Reni juga berpesan agar Dini mengingat alamat email dan juga
kata sandi akun facebooknya. Selain itu Reni juga berpesan agar Dini rajin
membuka facebook dan update status.
Awalnya Dini tidak begitu mengerti. Namun berkat adanya
Reni, kini Dini benar-benar bisa mengerti bagaimana cara bermain facebook.
Setelah itu, Dini pun langsung pulang menuju rumahnya.
Reni tampak begitu riang saat dia kembali kerumahnya. Karena
setelah ini tidak akan ada lagi anak-anak yang mem-bully-nya. Setlah ini juga
dia akan dianggap normal oleh anak-anak yang lainnya. Karena kini Dini sudah
resmi memiliki facebook.
Hari demi hari Dini lewati dengan perasaan bahagia.
Sesuai dengan instruksi dari Rini, Dini selalu rajin membuka
facebook dan update status. Bahkan kini ia jadi lebih sering duduk dihadapan
komputer disbanding duduk dihadapan buku-bukunya. Awalnya ibu Dini merasa
khawatir dengan putrinya, tapi Dini selalu punya alasan untuk menenangkan
ibunya itu. mengerjakan tugas adalah alasan yang selalu ia gunakan agar bisa
bebas berjam-jam duduk dihadapan komputer.
Tiada hari tanpa buka facebook. Itu lah yang dialami oleh
Dini sekarang. Ia benar-benar sudah kecanduan facebok. Sehari saja ia tidak
membuka facebook atau tidak update status, tangannya akan terasa gatal. Tak
hanya pelajaran sekolah saja, tapi pekerjaan rumah kini telah Dini abaikan
gara-gara sibuk dengan facebooknya.
Kehadiran facebook dalam hidup Dini telah merubah pola
hidupnya yang sekarang.
Setelah beberapa bulan berlalu, hari pembagian rapot pun
tiba. Kini semua anak-anak di sekolah Dini siap menerima hasil nilai ulangan
mereka.
Dini dan Rini nampak gugup. Selama ini Dini selalu berada di
peringkat tiga besar. Dia dianggap sebagai anak yang pandai disekolahnya. Tak
jarang guru-guru juga memujinya karena dia pintar.
Tapi kali ini Dini merasa tidak yakin. Dia sadar porsi
belajarnya telah berkurang banyak. Dia kini lebih banyak menghabiskan waktu
untuk membuka facebook. Dia khawatir kehadiran facebook dalah hidupnya akan
berpengaruh buruk pada nilai rapotnya.
Dan benar saja, saat dibagikan rapotnya, Dini mendapati dia
berada diperingkat dua puluh. Merosot jauh dari peringkatnya selama ini. Air
mata Dini pun tak bisa terbendung. Sedangkan Rini hanya bisa menepuk pundak
sahabatnya sembari memberi semangat pada Dini.
Dini merenung di sebuah malam yang sunyi. Dia sangat sadar
dengan kemerosotan nilai dan peringkatnya. Facebook telah mempengaruhi
kehidupannya selama ini. dan kali ini dia bertekad dia akan belajar lebih keras
agar bisa kembali mendapatkan rankink disekolah.
Meski begitu, dia juga tidak akan meninggalkan facebooknya
secara total. Karena bagaimanapun, facebook juga talah banyak membantu Dini.
---oOo---