Sebuah cerpen tema remaja yang berkaitan dengan cinta, ya pasti menarik dong. Khusus untuk tema cinta ini memang akan selalu menjadi perhatian bagi rekan-rekan remaja di mana pun berada. Maka dari itu, kali ini kita bagikan satu koleksi terbaru lagi.
Bagus atau tidak, nanti dinilai sendiri setelah selesai membaca ya. Kalau kurang, nanti silahkan dilanjut ke beberapa koleksi lain yang sudah disiapkan dibagian akhir cerita. Special untuk rekan remaja semua.
Pahitnya Perjuanganku Menyatakan Cinta
Cerpen Cinta Remaja
Udara dingin berhembus menembus cela-cela jendela kamarku. Aku terbaring lemas diatas kasur kesayangan. Mataku terbelalak menerawang ke atap kamarku. Sudah lebih dari 2 jam aku terbaring lemas di kamarku, tapi mataku tak kunjung terpejam.
Mimpi indah juga tak kunjung menjemput ku kedalam dunianya. Tubuhku
sedang terbaring lesuh diatas kasur, tapi pikiranku menerawang jauh menuju
sosok yang berjarak puluhan kilo meter dari rumahku.
Ya, dia lah sosok yang selama ini aku kagumi. Sejak pertama kali aku
masuk SMA, wanita itu sudah menghantui kehidupanku. Berkali-kali aku mencoba
menepis bayangannya tapi tetap saja, auranya terlalu indah untuk kulupakan.
Senyumnya terlalu manis untuk segera ku lewatkan. Dan teduh tatapannya
terlalu sejuk untuk ku tepiskan. Oh Tuhan.. berikanlah gadis manis itu padaku.
Aku bersumpah takan pernah ku lepaskan dia sekali dia masuk kedalam pelukanku.
Sudah lebih satu tahun aku mencoba memendam rasa ini. Dan selama itu pula
aku mencintai nya diam-diam. Mencuri pandang ke arahnya, mencari tau semua
tentangnya, dan selalu menyelipkan namanya dalam setiap doaku. Kejadian pagi
tadi terlalu manis untuk kulewatkan.
Sepertinya Tuhan mulai mendengar doaku. Tidak pernah kubayangkan sebelumnya
aku akan bisa berada dalam satu kelas dengan bidadari ku ini. Terlebih dia
duduk tepat satu bangku didepanku. Terkadang didalam kelas aku hanya bisa
terdiam mengagumi indah ciptaanNya.
Tak banyak yang bisa kuucapkan selama dia berada dihadapanku. Bibirku
seketika menjadi keluh setiap berada dihadapannya. Tegar kaki ku tak cukup kuat
menahan tekanannya.
Mataku terlalu lemah untuk berpaling dari sejuk sinarnya. Sampai kejadian
tadi pagi, sebuah kejadian yang tak akan pernah ku lupakan. Bahkan sampai
rambutku mulai memutih dan lemakku mulai menipis.
Tadi pagi adalah kali pertama semua uratku menjadi kuat dihadapannya.
Sudah satu bulan lebih dia duduk dihadapanku. Tapi baru kali ini aku berani
meminta nomor handphonenya.
Tapi, kekuatanku hanya berlaku untuk sekejap saja. Tak banyak yang bisa
ku perbuat setelah aku mendapatkan nomor handphonenya. Hanya ku simpan dan
kupandangi.
Sesekali terbesit pikiran untuk sekedar menelpon atau mengiriminya sms.
Tapi apa yang akan aku bicarakan setelah dia mengangkat telponku?. Pesan apa
yang harus ku kirimkan agar dia membalas pesanku?.
Sekali lagi ku tatap nomor handphonenya. Ku pencet tombol hijau untuk
memanggil. Tapi tidak lama setelah itu ku tekan lagi tombol merah untuk
membatalkannya.
Oh Tuhaan… ciptaanMu begitu indah. Engkau sungguh Maha Kuasa di atas
segalanya. Hanya dengan ciptaanMu saja kau mampu membuatku jatuh telak dalam
kegelisahan yang amat dalam. Tolong segeralah berikan gadis itu padaku, agar
aku bisa menjadi lebih tenang dan bangkit dari segala kegelisahan ini.
Setelah lebih dari 3 jam mata ku terbuka, akhirnya aku bisa terlelap jauh
kedalam mimpi bersama kegelisahan dan juga indah bayangannya.
***
Sepercik sinar matahari membangunkanku dari indah mimpi ku semalam. Ku
hirup udara segar yang masuk lewat fentilasi kamarku. Ku lentangkan kedua
tanganku selebar-lebarnya. Ku buka mulutku dan menguap sedalam-dalamnya.
Ku akhiri ini dengan satu teriakan keras. Hah!!! Akhirnya hari ini datang
juga. Semoga saja nanti aku bisa mendapatkan kekuatan lebih untuk sekedar
menatap indah wajahnya.
Aku beranjak dari tempat tidurku dan segera meluncur ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi, ku masukan buku pelajaran hari ini kedalam tas ransel
ku.
Kupakai seragam sekolah yang sudah tampak mulai menguning, sesekali
kulihat diriku dicermin. Lalu berbalik, kemudian kulihat lagi. Kusisir rambutku
kesamping.
Kusemprot tubuhku dengan aroma wangi parfum. Tidak akan ku biarkan
sedikitpun celah keburukan dari diriku yang bisa ia lihat.
Dengan kendaraan roda dua kesayanganku, aku segera bergegas berangkat
menuju sekolah. Jantungku tak sedetikpun berhenti berdebar. Tak ada hal lain
yang mampu mengusik pikiranku selain dirinya.
Tidak lama aku melajukan kendaraanku, akhirnya aku sampai juga disekolah.
Ku parkirkan kendaraan ku ditempat biasa. Dengan cepat aku langsung berjalan
menuju kelas.
Bisingnya suara anak-anak lain yang baru juga datang tidak mampu
mengalahkan bisingnya hatiku. Semua penuh dengan gadis itu. Yaah.. hanya ada
dirinya difikiranku saat ini.
Namun sayang sekali, sesampainya di kelas, suasana kelas masih tampak
begitu sepi. Hanya ada beberapa siswa yang baru datang. Ku lihat jam dinding di
dalam kelas dan akhirnya aku sadar.
Oh sial! Aku terlalu bersemangat hari ini. Ini terlalu pagi untuk memulai
pelajaran. Akhirnya ku putuskan untuk berjalan menuju bangku ku. Kuletakkan tas
ransel ku di atas meja.
Aku duduk terpaku menatap ke arah pintu. Berharap semoga siswa yang masuk
kali ini adalah dia. Sampai cukup lama aku menatap kearah pintu, akhirnya sosok
bidadari yang aku tunggu-tunggu datang juga.
Rambutnya yang lurus dan hitam legam kini diikat kebelakang. Menambah
indah pesonanya. Matanya tampak begitu cerah seperti biasanya. Senyum yang
mengambang diwajahnya pun begitu lembut. Membuat jantungku berdesir.
“Hoeey ndre, ngelamunin siapa?! Ciee lagi jatuh cinta ya..” Tiba-tiba
sosok bidadari yang aku kagumi sudah berada didepanku. Dia menepuk pundakku
sembari menggoda diriku yang sedang tenggelam dalam keindahannya.
Lagi-lagi otakku berfikir keras apa yang harus aku lakukan. Sial! gadis
yang aku sukai sudah menggodaku tapi aku tak pernah berdaya dihadapannya.
“Ahh..eh.. eng.. engga kok, ngga ngelamun. Ngga jatuh cinta juga.”
Jawabku gugup dan sekenanya.
“Alaaah.. hayoo jatuh cinta sama siapa.. cerita dong.. wanita macem apa
yang udah bikin kamu kasmaran gini.” Godanya sekali lagi. Kali ini dia sudah
duduk tepat didepan mataku.
Dia memunggungi papan tulis dan menghadap ke arahku. Hingga aku
benar-benar bisa menatap lekat wajahnya. Dan sial! Pertanyaan macam apa yang
barusan dia lontarkan.
Apa yang harus aku jawab dengan pertanyaan itu. Haruskah aku menjawab
“wanita macam kamu!”. Atau harus kujawab “wanita sepertimu!”. Oh, sekali lagi
lidahku tiba-tiba keluh dihadapannya.
Aku hanya bisa terdiam dan menggelengkan kepalaku. Kupaksakan bibirku
tersenyum agar suasana tidak menjadi keruh.
“Hiii gitu ya Andre, ngga mau cerita. Yaudah deh.” Ucapnya manja. Dia
membalikan tubuhnya lalu menatap kedepan. Aku sedikit lega karena kini aku
tidak harus bertatapan langsung dengannya.
Jantungku yang dari tadi menggebu-gebu pun kini sudah mulai berdetak
kembali normal dengan perlahan.
“Eh, kok kamu semalem engga sms aku? Engga nelpon aku juga? Kan kamu udah
punya nomerku?” Ucapnya kembali menghadap ke arahku.
Jantungku yang belum sempat berdetak normal kini sudah harus berdegup
kencang lagi. Aku benar-benar tidak sanggup menahan indah wajahnya. Mungkin
jika terus seperti ini aku akan gila!
“Ah..ehh…eh.. aku engga punya pulsa Del.” Jawabku sekenanya.
“Emm.. gitu.. eh, aku boleh minta tolong engga ntar pulang sekolah?”
“Minta tolong apa?”
“Anterin aku pulang ya, papaku ngga bisa jemput soalnya. Dia lagi sibuk
hari ini.” Ucapnya manja.
Permintaan macam apa ini. Ku coba mencerna lagi kalimatnya. Kurangkai
kembali susunan kalimat yang dia ucapkan. Perlahan tapi pasti, akhirnya aku
mengerti. Dia hanya meminta aku pulang bersamanya. Itu saja. Aku tak berani
berharap lebih.
“Emm.. iya deh. Aku mau nganterin kamu pulang.” Ucapku sambil memberikan
senyum termanisku.
“Makasih ya.” Ucapnnya lembut. Tampak senyum mengambang diwajahnya. Oh
Tuhan.. jangan biarkan senyum itu hilang dari wajahnya. Akan ku peluk dan ku
simpan selalu senyum indah itu.
***
Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Saat yang begitu menegangkan akhirnya
tiba. Saat dimana aku bisa berada pada satu kendaraan dengannya. Aku berjalan
menuju parkiran. Kuambil kendaraan ku dan ku arahkan menuju gerbang.
Tampak wajah cantiknya sudah menungguku. Tidak banyak yang terucap saat
itu. Hanya ada senyuman penuh makna yang mengambang jelas diwajahnya. Selama
dalam perjalanan pun tak banyak yang bisa kuucapkan.
Hanya dia yang asik bercerita dan aku berusaha menjadi pendengar yang
baik. Aku berusaha sebisa mungkin agar tidak mengecewakan bidadari ku ini.
Sekitar 15 menit menempuh perjalanan, akhirnya kami tiba didepan pintu
gerbang rumahnya. “Del, aku mau ngomong sebentar.” Tiba-tiba kata-kata itu
keluar dari mulutku. Entah datang dari mana kekuatan ini, tapi yang jelas saat
itu aku bisa mengucapkannya.
“Em.. mau ngomong apa ndre?” Tanya nya lirih. “Aku suka sama kamu. Kamu
mau ngga jadi pacarku.” Ucapku datar. Wajahku ku buat seserius dan setampan
mungkin. Aku terus berusaha agar tetap tenang. Meski seakrang jantungku
berdetak lebih cepat dari putaran kincir hallykopter.
“Ahahah ngga romantis banget si ndre.” Dia hanya tertawa mendengar
ucapanku. Entah ide dari mana. Saat itu juga tanganku langsung meraih tangannya
dan ku genggam erat kedua tangannya.
“Aku serius del. Aku suka sama kamu. Kamu mau engga jadi pacarku.” Ucapku
lagi. Mata kami beradu. Kutatap selekat mungkin kedua matanya. Tak kubiarkan
sedikitpun mata itu beralih dari mataku.
“Em… maaf ndre, aku ngga bisa..” Ucap nya lirih. Dia menundukan wajahnya.
Tanganku pun terlepas dari tanganya. Seketika hatiku remuk. Dunia seperti
sedang menyempit dan menghimpit keras jantungku. Napasku seketika menjadi
sesak. Seperti ada tali besar yang mengikat tubuhku. Bodoh!
“Engga bisa nolak maksudnya. Iya aku juga suka sama kamu. Aku mau kok
jadi pacar kamu.” Ucapnya lagi. Ada tawa terhias diwajahnya. Dia menatap
kearahku. Dan secepat kilat dia mengecup pipiku. Setelah itu aku tidak tau
pasti apa yang terjadi.
Dia hanya tersenyum manis lalu masuk kedalam gerbang rumahnya. Aku masih
diam terpaku diatas motorku.
Masih belum bisa ku percaya apa yang baru saja terjadi. Tuhan benar-benar
sudah mengabulkan doaku. Adelia Suci Divega kini sudah resmi menjadi kekasih
dari seorang Muhammad Andre Prasetya. Terimakasih Tuhan…!
---oOo---