Joni, Produk Gagal Dari Keluarga yang Berantakan

Contoh Cerpen Renungan Moral: Joni, Produk Gagal Dari Keluarga yang Berantakan - Hari ini Joni kembali berulah. Kali ini dia kembali berkelahi dengan anak kampung sebelah. Setelah sebelumnya dia berhasil memukuli anak kampung sebelah, kini dia kembali berkelahi dengan anak yang berbeda.


Berkelahi dan mencari masalah memang sudah menjadi kebiasaan bagi Joni. Namanya sudah terkenal diseluruh penjuru kampung berkat kenakalannya ini. Bahkan tak jarang penduduk di kampungnya itu memberikan semangat pada Joni kala perkelahiannya kembali terdengar.

Ada warga yang senang dengan adanya Joni. Karena dia bisa dijadikan tameng dari tangan para preman kampung lain. Tapi ada juga warga yang tidak senang dengan kelakuan Joni.

Karena kehadiranya itu tidak hanya meresahkan. Tapi juga sudah membuat warga mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan warga kampung lain. Selain itu kebiasaannya mabuk-mabukan di pasar dan diperempatan juga meruapakan hal yang sangat dibenci oleh masyarakat sekitar.

Dalam perkelahiannya kali ini, dia berhasil mengalahkan warga kampung sebelah. Dia bersama rombongannya berbondong-bondng menuju kampung halamannya.

Daerah perbatasan adalah tempat yang selalu ia jadikan sebagai tempat untuk berkelahi. Disana dia bisa dengan bebas beradu hantam tanpa harus ada yang melerai.

“Teman-teman, kita telah berhasil menang lagi. Kita adalah yang terkuat. Dan tidak ada yang bisa mengalahkan kita.” Ucap Joni seperti berpidato kepada rombongannya. Lalu rombongannya pun berteriak keras pertanda setuju pada Joni.

Joni masih termasuk muda. Diusianya yang masih dua puluh lima tahun, dia telah berhasil memimpin sebuah geng sendiri dikampungnya. Dia selalu berusaha mencari-cari masalah dengan warga kampung lain.

Dengan begitu, Joni bisa bertarung dengan warga kampung lain. Jika dia menang, dia akan mengumumkan kemenangannya kepada seluruh warga baik dikampungnya maupun di kampung lain. Sedangkan jika dia kalah, dia akan menyiapkan sebuah siasat untuk membalas kekalahannya.

Joni berasal dari keluarga yang berantakan. Ibunya pergi keluar negeri sebagai TKW. Tapi, selama ini ibunya sama sekali tidak memberi kabar pada Joni. Jangankan mengirim uang, mengirim surat pun ibu Joni tidak pernah.

Sedangkan ayah Joni sudah lama pergi meninggalkan kampungnya. Sejak Joni masih kecil ayahnya sudah pergi entah kemana. Dan kini Joni hanya hidupp sendirian dirumah peninggalan kakeknya.

***

Di suatu malam, nampak anak buah Joni berlari tergesa-gesa menuju rumah Joni. Wajahnya menunjukan raut panik. Seperti ada hal buruk yang telah terjadi sebelumnya.

“Bang  Joni… Bang Joni…” pria itu menggedor-gedor rumah Joni sambil menyeru-nyeru kan namanya. Beberapa saat setelahnya Joni pun keluar menghampiri anak buahnya itu.

“Ada apa?! Beraninya kau mengganggu malamku yang tenang.”

“Maaf tuan, tapi ada bahaya yang sedang menimpa. Preman desa Tulung Gada dan juga desa Tulung Agung bergabung dan siap menyerang kita sekarang. Kita dalam bahaya.”

“Yang benar saja?! Dimana mereka sekarang?!”
“Mereka sekarang sedang diperbatasan. Mereka baru saja mengirim anak buahnya untuk menyampaikan info ini.”



“Baiklah. Kumpulkan semua pasukan kita ditempat biasa. Dan kita akan menghajar orang-orang bodoh yang sudah berani menantangku itu.”
“Baik tuan.”

Setelah mendengar info dari anak buahnya, Joni langsung masuk kedalam rumah kecilnya. Di ambilnya beberapa peralatan yang biasa ia gunakan untuk bertarung. Mulai dari ger ditangan. Sampai sebuah gasper tajam.

Dia juga sudah menyiapkan beberapa molotof yang dia rakit sendiri. Dengan begini dia siap untuk bertempur.

Dia keluar rumah dengan motor hasil rampasannya dari musuh-musuhnya. Dia berangkat munuju basecamp yang berjarak tak jauh dari rumah kecilnya itu.
Sesampainya ia di basecamp, ia langsung disambut meriah oleh anak buahnya. Total anak buahnya ini berjumlah sekitar dua puluh orang. Jumlah yang dirasa cukup untuk menaklukan kelompok lain.

Setelah sebelumnya sempat memberikan sedikit pidato, akhirnya kini Joni siap berangkat bertempur bersama anak buahnya. Mereka membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit untuk bisa sampai di perbatasan itu.

Begitu mereka sampai di tempat pertarungan, mereka tampak begitu terkejut. Awalnya hanya nampak beberapa saja pasukan lawan yang siap bertempur. Namun setelah beberapa saat, tiba-tiba muncul pasukan lain dari arah yang berbeda.

Jumlahnya mencapai ratusan orang. Sontak anak buah Joni pun mulai merinding. Tapi dengan sombongnya, Joni kembali memberikan semangat pada anak buahnya. “Lari pun sudah tidak bisa. Jika harus mati, maka matilah sebagai pemberani!” itulah yang diucapkan Joni pada anak buahnya.

Dengan satu teriakan, mereka pun langsung menyerang pihak lawan. Hasil dari pertarungan sudah cukup jelas. Meski pihak Joni sudah melengkapi diri mereka dengan berbagai macam senjata, tetap saja mereka tidak mampu melawan musuh yang jumlahnya mencapai ratusan.

Ini lah hukuman bagi Joni. Kesombongan dan keangkuhannya mengundang dendam dari berbagai belah pihak. Sebenarnya Joni bukanlah orang yang jahat. Dia hanya merasa butuh perhatian lebih.

Namun, caranya mendapatkan perhatian sama sekali salah. Dia membuat onar dan menantang siapa saja untuk mendapatkan perhatian. Awalnya banyak orang yang bersimpati padanya. Namun pada akhirnya, dosa-dosannya itu membawa malapetaka bagi Joni. Dan kini tubuhnya sudah babak belur bersama dua puluh anak buahnya.

---oOo---

Back To Top