Cerpen Singkat tentang Harapan - Dewasa ini, budaya selfie semakin menjamur diberbagai
kalangan masyarakat. Mulai dari remaja, dewasa, hingga yang tua semuanya suka
selfie. Entah sejak kapan budaya ini mulai berkembang, tapi yang jelas kini
selfie sudah menjadi seperti kewajiban.
Rumah, sekolah, mall, serta tempat wisata menjadi
tempat-tempat favorit untuk berselfie ria. Tak hanya wanita-wanita saja yang
hobi selfie, kini bahkan para pria pun
merasa mereka juga butuh ber-selfie ria.
Aku sendiri sebenarnya tidak begitu hobi berfoto selfie
seperti mereka. Tapi tuntunan lingkungan benar-benar memaksaku untuk bisa
berfoto selfie seperti mereka. Teman-teman disekolahku sangat fanatic dengan
budaya selfie ini.
Aku sendiri hanya bisa ikut-ikutan saja seperti mereka.
Karena aku tidak punya HP yang mendukung untuk berselfie. Aku menggunakan HP
yang kualitas kamera nya buruk dan akan menghasilkan gambar yang buruk juga
jika aku berselfie.
Sebenarnya terkadang aku juga ingin menggunakan efek kamera
jahat agar wajahku terlihat lebih cantik. Tapi kuurungkan niatku karena mungkin
akan ada dampak buruk yang aku rasakan.
Suatu hari aku sedang duduk bersama teman-temanku dikelas.
Saat sedang asik mengobrol bersama temanku, tiba-tiba Reni datang bersama Dini.
“Hey temen-temen. Liat nih aku punya foto selfie bagus
banget. Kemaren aku ngambil foto ini di atas menara, jadi keliatannya bagus
banget.” Ucap Reni sembari memamerkan fotonya itu.
“Waah, iya Ren foto kamu bagus banget. Yok kapan-kapan kita
kesana lagi. Aku juga pengen punya foto kayak kamu.” Kata Dinda yang sedang
duduk bersama ku. Tak hanya Dinda saja, teman-temanku yang lain juga ikut
memuji dan memuja Reni atas fotonya itu.
“Tau ngga, foto ini udah dapet tiga ratus like lo di
facebook. Hii aku seneng banget.” Ucap Reni lagi dengan wajah yang sedikit..
menjijikan.
Sontak hal itu mengundang berbagai macam pujian dari
teman-temanku. Aku sendiri sesekali juga ikut memberikan pujian padanya.
Walaupun sebenarnya aku sangat risih dengan tingkahnya ini.
“Yaudah besok minggu kita pergi ke menara ini lagi ya. Biar
kita bisa puas selfie bareng-bareng.” Ucap Reni sambil tersenyum-senyum.
“Eitts, tapi kalian bawa HP yang bagus ya, biar nanti ngga
ngerepotin dan ngga kebanyakan minjem-minjem.” Lanjutnya lagi. Deeeg… secara
tidak langsung aku mulai merasa tersinggung dengan ucapannya ini. tapi aku
hanya diam saja.
Padahal sebenarnya ada banyak sekali kata yang ingin
kuucapkan padanya. Dia benar-benar sudah menyakiti perasaanku. Secara tidak
langsung dia sudah menyindir diriku.
Tapi apalah daya. Aku tidak mungkin bisa melawannya. Dia
adalah gadis yang terkenal disekolahku. Semua teman-temanku memiliki rasa
simpatik yang besar terhadapnya.
Walaupun sebenarnya menurutku dia adalah gadis yang bodoh.
Dia hanya sibuk dengan sosial media dan sama sekali tidak pernah mengurusi
sekolahnya. Baginya besarny angka like yang dia dapatkan jauh lebih penting
disbanding jumlah angka mata pelajarannya. Benar-benar menyedihkan.
Aku iri sekaligus iba padanya. Aku sangat iri karena dia
begitu populer disekolahku. Hanya dengan foto selfienya, dia bisa menarik
seluruh perhatian sekolah kearahnya.
Selain itu dia juga bisa memilih pria untuk dijadikan
kekasihnya. Dia selalu punya cerita dan hal baru untuk dipamerkan. Atas alasan
itu lah aku merasa iri padanya. Aku benar-benar iri.
Tapi, aku juga kadang merasa iba padanya. Terkadang disudut
mata ku yang lain dia tampak begitu menyedihkan. Dia selalu dihukum karena
tidak pernah mengerjakan tugas.
Nilai ulangannya tak pernah lebih dari tujuh. Nilai tertingginya
itu hanya ada dimata pelajaran seni budaya. Dan angka tujuh adalah nilai
terkecil dari daftar nilaiku. Aku termasuk anak yang pandai disekolah. Berbeda
dengan Reni, aku memang tidak populer. Tapi hampir semua guru mengenalku.
Karena aku selalu masuk peringkat tiga besar.
Seandainya saja aku memiliki HP yang bagus seperti Reni.
Pasti aku bisa menghasilkan foto selfie yang tak kalah menarik dari miliknya.
Seandainya saja HP-ku sebagus HP Reni, mungkin aku juga akan
populer seperti dia. Populer dikalangan guru dan juga kalangan siswa. Sempurna,
mungkin itu kata yang tepat untukku jika aku memiliki HP sebagus HP Reni.
Namun sayang, aku hanya pandai diatas kertas. Di dunia maya
aku bukanlah apa-apa. Semoga saja orang tuaku akan peka dengan keinginanku ini.
sehingga mereka segera membelikanku HP baru. Dengan begitu, aku pasti bisa
sepopuler Reni. Atau bahkan melebihinya.
---oOo---