Contoh Cerpen tentang Pendidikan Moral - Sebuah karya yang menggambarkan bagaimana orang tua
memberikan pendidikan pada anaknya, terutama pendidikan moral. Cerpen ini masuk
kategori cerpen keluarga sekaligus cerpen pendidikan. Seperti apakah kisah yang
diangkat dalam cerpen kita kali ini?
Cerpen berjudul “bebas lepas” ini menceritakan seorang anak
yang mulai remaja yang tidak mau pusing dengan ikatan aturan dan tata krama.
Ia bertindak sesuka hati, tak mengenal sopan dan santun sampai akhirnya sang ayah begitu marah dan habis kesabaran. Kira-kira apa yang akan terjadi pada remaja tersebut?
Ia bertindak sesuka hati, tak mengenal sopan dan santun sampai akhirnya sang ayah begitu marah dan habis kesabaran. Kira-kira apa yang akan terjadi pada remaja tersebut?
Di luar dugaan, anda mungkin bisa menebak bagaimana jalan
ceritanya tetapi anda tidak akan tahu sebenarnya bagaimana. Cerpen ini memiliki
sisi lain yang cukup menarik untuk diikuti.
Orang tua, yang memiliki pola pikir yang luas dan bijaksana, mampu menjadi teladan, contoh yang bisa ditiru oleh sang anak.
Orang tua, yang memiliki pola pikir yang luas dan bijaksana, mampu menjadi teladan, contoh yang bisa ditiru oleh sang anak.
1) Kisah kutukan laut mati
2) Kisah gedung dari kayu lapis
3) Kisah tahanan terjebak di atas jeruji sel
4) Kisah pencuri terjebak di lubang ventilasi
Ayah berperan, ibu pun demikian, pada akhirnya pasti kita
penasaran apakah remaja tersebut bisa berubah, benar tidak?
Ya sudah, jangan hanya penasaran saja, lebih baik kita sibak tirai yang menutupi bagaimana menariknya kisah tersebut. Baca yuk cerpennya di bawah ini!
Ya sudah, jangan hanya penasaran saja, lebih baik kita sibak tirai yang menutupi bagaimana menariknya kisah tersebut. Baca yuk cerpennya di bawah ini!
Bebas Lepas Tanpa
Aturan
Cerpen tentang Moral Oleh Irma
Dilemparkannya sepeda, tanpa melepas terlebih dahulu sepatu
yang ia kenakan Rudi langsung berlari menuju ke dalam rumah.
Padahal, saat sang ayah masih kedatangan seorang tamu penting, tentu saja kedatangan Rudi tersebut sangat tidak diharapkan dan mengganggu suasana, apalagi bersikap seperti anak yang tak kenal aturan.
Padahal, saat sang ayah masih kedatangan seorang tamu penting, tentu saja kedatangan Rudi tersebut sangat tidak diharapkan dan mengganggu suasana, apalagi bersikap seperti anak yang tak kenal aturan.
Dengan sangat terpaksa sang ayah hanya bisa meminta maaf
pada rekan kerjanya tersebut atas ketidaknyamanan yang terjadi.
Ia pun akhirnya mengajak rekan kerja itu keluar, tak mau mendapatkan lebih banyak gangguan dari anaknya yang urakan.
Ia pun akhirnya mengajak rekan kerja itu keluar, tak mau mendapatkan lebih banyak gangguan dari anaknya yang urakan.
“Nak, kamu jangan keterlaluan begitu, belajar sopan
sayang…”, ucap Minanti kepada anaknya.
“Sopan bagaimana sih bu, memangnya aku salah apa?”, tanya
Rudi polos.
“Kamu itu, kalau pulang sekolah masuk ke rumah alas kakinya di lepas, ucap salam, jangan lari-lari di dalam rumah, kamu kan sudah besar”, ucap Minanti memberi nasehat.
“Ah, malas…” ucap Rudi sambil meninggalkan ibunya.
Sore hari, sang ayah Tamam pulang, baru sampai di depan pintu
ia sudah mendengar suara musik begitu keras dari dalam rumah. Ia pun langsung
masuk dan menuju ke kamar Rudi.
“Rud…”, belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba
Minanti memegang tangan suaminya seraya memberi tanda, “jangan Yah, itu hanya
akan membuat Rudi tambah menjadi-jadi, sekarang ayah mandi dulu saja, mama
sudah siapkan makanan kesukaan ayah”, caup Minanti kepada sang suami.
Tamam pun akhirnya mengurungkan niatnya untuk marah ke Rudi
meski sebenarnya ia sangat kesal dan emosi. Setelah selesai mandi ia pun menuju
ke meja makan, di sana Minanti sudah menanti sang suami tercinta.
“Rudi itu bagaimana sih Ma, kok semakin hari semakin urakan
tidak punya moral begitu..”, ucap Rudi dengan wajah datar.
“Hush… ayah tidak boleh bilang begitu… tidak baik”, ucap
Minanti sambil mengambilkan makanan di piring suaminya.
“Selama ini kita kan sudah keras dengan dia Yah, coba sekali-kali kita kasih perhatian lebih, mungkin Rudi bisa berubah”, ucap Minanti.
“Selama ini kita kan sudah keras dengan dia Yah, coba sekali-kali kita kasih perhatian lebih, mungkin Rudi bisa berubah”, ucap Minanti.
Tamam pun terdiam, dalam hati ia juga merasa kasihan dengan
anaknya itu. Dulu saat kecil ia begitu dimanja tetapi sekarang ketika sudah
mulai sekolah ia selalu dimarah.
Akhirnya, setelah selesai makan Tamam pun menuju ke kamar anaknya. Minanti hanya tersnyum melihat sang suami yang sepertinya mendengarkan perkataan dia.
Akhirnya, setelah selesai makan Tamam pun menuju ke kamar anaknya. Minanti hanya tersnyum melihat sang suami yang sepertinya mendengarkan perkataan dia.
“Weeh, lagi asyik nih jagoan ayah!”, ucap Tamam. Melihat
ayahnya masuk ke kamarnya Rudi yang sedang memegang gitar pun berhenti, sesaat
ia memandang ke arah ayahnya, “aneh, biasanya ayah langsung marah”, ucapnya
dalam hati.
“Iya yah, latihan nih…”, jawab Rudi ragu.
“Ha….apa Nak….”, tanya Tamam pura-pura tidak mendengar.
Rudi pun beranjak dan mengecilkan suara musik dalam
kamarnya. Setelah itu ia kembali duduk dan mengambil gitarnya.
“Ayah tumben ke kamarku, ada apa Yah?”, tanya Rudi lagi.
“Oh, enggak… cuma mau lihat kamu belajar main gitar aja…”, ucapnya,
“ayah capek gak ada teman, ibumu lagi beres-beres”, ucap Tamam lagi.
Meski terdengar aneh tapi Rudi merasakan sesuatu yang beda
dari ayahnya. Ia pun sedikit grogi tetapi mendengar perkataan ayahnya tadi ia
pun langsung ingin unjuk kebolehan dalam memainkan gitar. Dengan fasih ia pun
memainkan sebuah lagu lama yang sedang ia pelajari.
“Wow, sudah pintar kamu ya Nak, ayah gak nyangka”, ucap
Tamam memuji anaknya.
“Ah ayah bisa aja, baru belajar kok Yah…”, ucap Rudi lagi.
“Sini coba ayah ingin coba gitar kamu”, ucap Tamam
Rudi pun terkejut, ia tidak pernah tahu kalau ayahnya bisa
bermain gitar, apalagi melihat permainan ayahnya yang sudah seperti gitaris
profesional. “Wah….ayah pintar main gitar ya, ajarin aku dong yah…”, teriak
Rudi spontan.
“Iyalah, boleh, mulai besok ayah ajarin, tapi ada syaratnya…”,
ucap Tamam
“Apaan Yah, kamu harus belajar sopan, nurut sama ibu kamu
ya… besok kita ke Raja dulu untuk beli gitar baru…” ucap Tamam.
“Iya Yah, asyik….”, ucap Rudi dengan sangat senang. Ia pun
langsung meloncat dan memeluk sang ayah. Sore itu, Tamam mendapatkan kembali
kepercayaan anaknya, ia bukan hanya mendapatkan perhatian sang anak tetapi juga
mendapatkan rasa hormat.
“Ayah hebat, sekarang Rudi pasti akan lebih lunak lagi jika
kita ajari sesuatu ya Yah”, ucap Minanti.
“Iya benar bu, ternyata tidak harus selalu keras pada anak,
karang anak sebenarnya juga ingin mendapatkan perhatian dan penghargaan dari
kita”, jawab Tamam.
“Dengan bekal ini mudah-mudahan kita bisa mengajarkan pendidikan moral yang baik untuk anak kita bu”, lanjut Tamam lagi.
“Dengan bekal ini mudah-mudahan kita bisa mengajarkan pendidikan moral yang baik untuk anak kita bu”, lanjut Tamam lagi.
--- Tamat ---