Cerpen tentang Cinta Pertama, Pelangi Dimatamu

Cinta pertama menjadi kisah cerpen yang cukup bagus. Cerpen berjudul “pelangidi matamu” berikut ini misalnya mengisahkan keindahan sebuah hubungan yang dibina oleh seorang remaja. Bukan hubungan sih, tepatnya perasaan yang tumbuh pada remaja yang baru saja mengenal asmara.

Ingat-ingat pesan mama, tidak boleh pacaran, masih kecil. Biar saja kalau ada perasaan cinta atau suka kepada pasangan tetapi pacaran banyak efek buruknya sehingga remaja yang masih kecil tidak boleh. 

Dari pada seperti itu lebih baik baca cerpen saja, baca cerita-cerita yang bagus dan menarik yang bisa ada hikmahnya.

Contohnya cerpen cinta pertama berikut, ceritanya bagus dan sangat menghibur, bisa untuk teman saat ada waktu luang. Sambil belajar, sesekali baca cerpen, tidak keluyuran di luar rumah karena banyak syetan.

Cerpen berjudul “pelangi di matamu” berikut dipersembahkan untuk seorang sahabat yang bernama Dika. Minggu lalu ia pernah meminta untuk dibuatkan sebuah cerpen karangan sendiri yang sederhana tapi tentang cinta pertama. 

Katanya untuk hadiah sahabatnya yang akan ulang tahun di tanggal 17 Agustus nanti. Mudah-mudahan karya ini bisa berkenan, silahkan dibaca dulu ya.

Pelangi Dimatamu
Cerpen tentang Cinta Pertama

Aku tetap mencintaimu walaupun aku dalam keadaan jauh, karena bagaimanapun aku selalu terbayang wajahmu setiap hendak melakukan aktivitas. 

Jarak menurutku tidak melunturkan kisah cintaku kepadamu, justru malah menambah kokoh rasa cintaku kepadamu.

Dulu aku ingat benar ketika kita berpisah, kau menangis dan menampilkan muka yang sangat memelas, menghalau kepergianku. 

Tetapi karena menjadi sebuah tanggung jawabku sebagai anak yang terlahir tidak punya bapak maka aku pergi untuk mencari uang untuk menghidupi ibuku dan adik-adikku yang masih kecil.

Lama kau menangis dan aku hanya bisa katakan”Aku pasti setia kepadamu dan jangan pernah ragukan cintaku”, ungkapku melihat pelangi di matamu.

“Tapi aku gak bisa jauh dari kamu”, ungkapmu malah bertambah sedih.
Aku pun terus membujukmu hingga akhirnya hatimu pun luluh dan memperbolehkan serta mengijinkan kepergianku.

Kau terus menangis di hadapanku walaupun kau sudah berkata,”Aku merelakan kau pergi”, tetapi entah mengapa air matamu terus mengalir. Aku pun mengusap air matamu dan berkata,”Kuatkan hatimu”, ungkapku.

Kau berkata,”Aku akan berusaha merelakan kau pergi, tetapi kau harus berjanji akan kembali lagi untukku”, ungkapmu dan memeluku.

Aku pun berangkat menuju terminal untuk kemudian memulai perjalananku merantau. Sejak saat itu aku terus teringat akan dirimu, walaupun kau sudah merelakan diriku pergi. 

Tetapi aku masih tidak tega melihat kau menangisi kepergianku. Tetapi apa mau di kata, ini kewajiban dan pastilah kita akan bertemu di saatnya nanti.

Airmata yang berlukiskan pelangilah yang selalu membuatku mengingatku, namun disisi lain aku pun kuat menerima hal tersebut karena orang tuaku. Dua sisi yang sangat sulit untuk dipilih dan diterapkan. 

Tetapi yang pasti aku hanya ingin meminta sesuatu kepada tuhan agar aku dipertemukan kembali kepada tuhan.

Perjalanan yang begitu melelahkan aku tempuh, melewati daratan dan lautan. Sudah 1 hari aku berjalan tetapi jalan masih satu hari lagi. Ku lewati hari di perjalanan dengan selalu memikirkanmu karena itu hal yang bisa aku lakukan.

“Sayang jangan lupa makan”, ungkapmu lewat sms.
“Iya sayang aku pasti bisa jaga kesehatan kok”, ungkapku.
“Sayang seharian gak ada kamu sudah kangen”, ungkap kekasihku.

“Sabar ya, aku pergi hanya untuk sementara kok”, ungkapku.
“Tapi aku nggak tau bisa lewatin hari tanpa kamu atau enggak”, ungkapnya.
“Yakin dengan diri kamu sendiri, pasti kamu bisa”, ungkap ku.

Tak lama kemudian perjalananku pun sampai dan aku pun mulai menuju tempat kost ku yang kebetulan di sana sudah saudaraku. Sesampainya aku di tempat kost kekasihku menelponku.

“Sudah sampai belum”, ungkap kekasihku.
“Iya sudah kok, kamu baik-baik ya di sana”, ungkapku.

“Kamu yang baik-baik di sana, dan cepat pulang”, ungkap kekasihku.
“Baru aja sampai masa suruh cepat-cepat pulang, ini kan lagi cari uang untuk nikah kita nanti”, ungkapku.

Hari demi hari ku jalani dengan dan tanpa dirimu, dan kini aku hanya bisa berharap pelangi di matamu tidak ada lagi. Karena aku tidak mau karena kepergianku kesedihanku begitu larut dan larut.

Namun itu dulu disaat kau belum terbiasa aku tinggal, dan sekarang kau nampak menikmati hubungan jarak jauh kita dan tidak lagi menuangkan air mata kesedihan. Kini aku bisa lebih fokus mengumpulkan sebuah modal membangun rumah tangga bersamamu.

--- oOo ---

Dulu pernah ada seorang kawan yang mengatakan bahwa istilah “pelangi di mata seseorang” itu bisa diplesetkan, katanya artinya belek – bahasa Jawa untuk kotoran mata. 

Tapi tentu saja itu hanya sifatnya bercanda. Bagaimana, apakah anda sudah menikmati karya di atas, bagus tidak?

Kalau sudah membacanya sendiri tentu bisa memberikan kesimpulan atau memberikan komentar mengenai keseluruhan ceritanya bagus atau tidak. 

Karya sastra cerpen seperti ini memang penilaiannya tentu terserah dan tergantung pada pembacanya masing-masing. Bisa berbeda pendapat tentunya.

Ya sudah, kali ini kita sudahi saja. Nanti kita lanjutkan dengan beberapa cerpen cinta lain yang sudah disiapkan. Terima kasih atas waktu dan kunjungan anda. 

Mudah-mudahan karya ini bisa bermanfaat bagi anda semua. Salam hangat dari kami, selamat melanjutkan pencarian.

Tag : Cerpen, Cinta, Remaja
Back To Top