ContohCerita.com, cerpen perjalanan hidup. Akhirnya, setelah lama ditunggu kita bisa bertemu dalam
sebuah contoh cerpen yang berisi tentang perjalanan kehidupan seseorang. Cerpen
berjudul “akhir derita ini” menceritakan kisah hidup seorang anak dari kalangan
tidak mampu yang bernama Riko. Seru, menarik dan juga penuh inspirasi, kisah
ini bisa menjadi hiburan sekaligus pembelajaran.
Pada cerpen kali ini dikisahkan ada seorang bapak yang
memiliki satu anak laki-laki. Karena ia sangat miskin maka ia tidak bisa
memiliki biaya untuk sekolah anaknya tersebut.
Ditambah lagi, sang istri sudah meninggal, bapak tersebut terpaksa membesarkan anaknya sendirian. Dari kecil, anak yang bernama Riko tersebut harus menjalani hidup yang begitu sulit.
bagaimana tidak, mereka miskin sudah begitu hanya tinggal berdua, ayah dan anak laki-laki. Segala urusan dapur carut-marut, kadang dikerjakan sang ayah dan seringkali dikerjakan oleh Riko.
Ditambah lagi, sang istri sudah meninggal, bapak tersebut terpaksa membesarkan anaknya sendirian. Dari kecil, anak yang bernama Riko tersebut harus menjalani hidup yang begitu sulit.
bagaimana tidak, mereka miskin sudah begitu hanya tinggal berdua, ayah dan anak laki-laki. Segala urusan dapur carut-marut, kadang dikerjakan sang ayah dan seringkali dikerjakan oleh Riko.
Perjalanan hidup yang panjang akhirnya membawa Riko pada
kehidupan yang lebih baik. Dari hal yang sangat sederhana, yang dikerjakan dari
kecil dengan penuh tanggung jawab, akhirnya Riko bisa memiliki kehidupan yang
lebih baik. Seperti apa kisah hidup Riko selengkapnya, simak dalam contoh
cerpen berikut!
Akhir Derita Ini
Cerpen Perjalanan Hidup Oleh Irma
“Maafkan Bapak ya Nak, Bapak belum bisa menyekolahkan kamu”,
ucapan itu masih Riko ingat sampai saat ini meski sudah puluhan tahun. Riko
sekarang sudah tumbuh besar dan menjadi pemuda yang bisa dikatakan sukses. Namun,
perjalanan hidup Riko sebelumnya tidaklah mudah.
Di tinggal mati sang ibu ketika masih berusia sepuluh tahun
membuat hidupnya berjalan begitu sulit. Bapaknya yang hanya seorang petani terpaksa
harus banting tulang berperan sebagai ibu sekaligus bapak baginya.
Di usia yang masih sangat muda itu ia pun harus belajar
memenuhi kebutuhannya sendiri. Masa kecilnya ia habiskan untuk membantu sang
ayah, mencari kayu bakar, mencari rongsok untuk dijual dan banyak lagi.
Untuk makan sehari-hari kebanyakan hanya memakai sambal, ikan
asin dan sayur singkong. Meski hidup tanpa ibu tetapi kemandirian sudah
terlihat dari Riko masih kecil. Ia punya sifat yang keras, tak mau mengeluh dan
pandai mencari jalan keluar.
“Bosan pak, makan itu-itu terus, hari ini aku enggak bantu
bapak ya?”, ujarnya suatu pagi.
“Loh, memang kamu mau di rumah saja?”, jawab bapaknya heran.
“Enggak, bapak kerja saja, hari ini aku yang masak, nanti
aku mau cari keong atau belalang, untuk lauk pak”, ucap Riko.
Sang ayah tersenyum kecil melihat inisiatif anaknya
tersebut. Meski dalam hatinya ia merasa kasihan tetapi ia tidak bisa berbuat
banyak. “Ya sudah, tapi ingat, hati-hati ya, jangan main di kali!”, pesan sang
ayah. “Iya Pak”, jawab Riko singkat.
Kadang mencari belalang untuk digoreng, kadang mencari keong
untuk dimasak. Kalau dia sedang mencari kayu ia juga tak lupa mencari umbi-umbian
untuk dimasak.
Masa kecil Riko habiskan untuk bermain dengan kerasnya hidup. Sampai suatu hari, ketika ia sudah mulai besar sang ayah pun mulai memikirkan nasib-nya.
Masa kecil Riko habiskan untuk bermain dengan kerasnya hidup. Sampai suatu hari, ketika ia sudah mulai besar sang ayah pun mulai memikirkan nasib-nya.
“Riko, kamu kan tidak sekolah, nanti besar kamu mau jadi apa
Nak?”, tanya sang ayah.
“Mau jadi sukses Pak, aku tidak mau hidup susah seperti
bapak”, ucapnya sambil tersenyum.
Sang ayah berpikir keras untuk menyiapkan jalan bagi anak
laki-lakinya itu. Melihat anaknya yang suka sekali pergi di ladang, sawah dan
sebagainya maka ia pun punya ide untuk memberi anaknya pekerjaan.
“Nak, kamu mau tidak memelihara ayam”, ucap ayahnya suatu
sore.
“Mau, tapi yang jago ya pak, nanti bisa dapat duit banyak!”,
ucap Riko polos
“Hust, itu tidak boleh”, jawab ayahnya, “besok ayah belikan
ayam dua, kamu pelihara dengan baik ya”, lanjut sang ayah.
Sepasang ayam kampung menjadi pertanda awal kesuksesan Riko.
Akhirnya, perjalanan hidupnya mulai berubah, sang ayah mulai memiliki secercah
harapan untuk masa depan Riko. Bagaimana tidak, Riko bisa memelihara ayam itu
dengan baik. Akhirnya sang ayah mencoba mengajari Riko untuk mencari uang.
“Nak, ayam kamu kan sudah banyak, bagaimana jika sebagian
kita jual?”, tanya sang ayah
“Tapi Pak, kan sayang…”, ucap Riko ragu.
“Nak, ayam itu kita jual dan uangnya bisa kita belikan yang
lain. Kalau boleh besok ayah ingin mengajari kamu pelihara bebek, bagaimana?”,
tanya sang ayah.
Akhirnya, sebagian ayam Riko dijual untuk membeli bebek.
Tapi ternyata, bebek bukanlah ternak yang Riko sukai, ia tidak bisa
memeliharanya dengan baik. Akhirnya beberapa ekor bebek yang Riko miliki pun
dijual.
“Pak, aku enggak bisa, bebeknya banyak yang mati”, ucap
Riko. “Ya sudah, dijual saja, buat beli beras ya?”, ucap ayahnya. “Iya, aku
pelihara ayam aja yang enak”, ucap Riko kepada sang ayah.
Riko terlihat begitu tekun memelihara ayam yang dimiliki. Sang
ayah pun tidak pernah lagi meminta Riko untuk menjual ayamnya hingga akhirnya
ada pedagang ayam yang datang ke rumah mereka.
“Permisi pak, katanya bapak punya ayam banyak ya, saya mau
beli ayam”, ucap seorang tamu
“Oh, ibu siapa, ayam itu milik anak saya, saya tidak berani
menjualnya”, ucap ayah Riko.
Mengetahui ada tamu Riko pun segera ikut ke depan, ia
penasaran ada tamu wanita datang ke rumahnya.
“Riko, nih ibu ini pedagang ayam, dia mau beli ayam kamu,
boleh tidak?”, tanya sang ayah
“Iya Nak, ibu pedagang ayam di pasar, kalau kamu mau jual
ayam, ibu akan membelinya.” Ucap wanita itu.
“Memang berapa harganya Bu untuk satu ekor ayam?” tanya Riko
ingin tahu.
“Kalau yang perempuan seperti ini Rp. 50.000 Nak, kalau jago
yang besar seperti ini sampai Rp. 150.000,-“ ucapnya
“Woih, malah juga ya…”, pikir Riko ketika itu. Akhirnya mendengar
harga ayam yang lumayan itu Riko pun memutuskan untuk menjual beberapa ayam. Sepuluh
ekor ayam jagi yang besar ia jual, ia mendapatkan uang banyak.
“Pak, banyak juga ya uangnya”, ucap Riko ketika penjual ayam
itu telah pergi.
“Iya Nak, terus mau kamu apakan uang itu”, tanya sang ayah.
Sebagian uang itu akhirnya dibelikan kebutuhan hidup
sehari-hari, sebagian lagi Riko belikan ayam perempuan lagi.
Berawal dari kejadian itu, Riko akhirnya sadar akan bakat
yang ia miliki. Perlahan, perjalanan hidup yang tadinya sangat sulit kini
menjadi lebih mudah. Di usianya yang menginjak dewasa, dengan sang ayah yang
sudah mulai tua dan tidak bisa bekerja keras terus akhirnya Riko terus
mengurusi ternak yang ia miliki.
Pelan-pelan mereka mulai bisa menggantungkan hidupnya pada ternak
ayam milik Riko, Contoh Cerpen Perjalanan Hidup, Akhir Derita Ini. Riko pun semakin rajin dan bersemangat. “Nak, perjalanan hidup
kamu nanti akan berubah, kamu tidak akan susah seperti bapak”, ucap ayah Riko
suatu hari.
Beberapa bulan kemudian ayah Riko sakit keras dan meninggal
dunia. Riko pun kini hidup sebagai yatim piatu. Berbekal ayam yang tersisa ia
mulai menata hidupnya. Waktu berlalu dan masa depan Riko sudah semakin jelas.
--- Tamat ---