Contoh cerpen tentang anak sekolah. Untuk tambahan koleksi bagi rekan pelajar, berikut akan dibagikan sebuah cerpen tentang sekolah. Dalam cerpen ini tentu saja mengisahkan tentang anak sekolahan dengan kegiatan belajarnya.
Seperti apakah ceritanya, apakah ceritanya menarik, bagus dan tidak membosankan? Jangan khawatir, cerpen berjudul "peralatan makan" berikut ini memiliki alur yang berbeda.
Jalan ceritanya sangat berbeda dengan cerpen pada umumnya karena mengangkat kehidupan sehari-hari siswa sekolah.
Dapat dilihat dari judulnya, cerpen ini mengisahkan persiapan sekelompok siswa dalam menghadapi lomba memasak. Biasanya kan di sekolah pada waktu-waktu tertentu memang ada lomba seperti itu bukan?
Nah, ceritanya untuk lomba, satu kelompok siswa mendapatkan tugas untuk mempersiapkan peralatan makan untuk menyajikan makanan yang akan dibuat.
Dapat dilihat dari judulnya, cerpen ini mengisahkan persiapan sekelompok siswa dalam menghadapi lomba memasak. Biasanya kan di sekolah pada waktu-waktu tertentu memang ada lomba seperti itu bukan?
Nah, ceritanya untuk lomba, satu kelompok siswa mendapatkan tugas untuk mempersiapkan peralatan makan untuk menyajikan makanan yang akan dibuat.
Dalam menyiapkan peralatan tersebut ternyata ada masalah yang terjadi. Pokoknya seru, silahkan dibaca langsung ceritanya berikut.
Peralatan Makan
Cerpen Anak Sekolah oleh Irma
Suasana kelas saat itu sangat sibuk dan ramai, tak ada satu pun
yang bersantai karena seminggu lagi mereka akan ikut lomba memasak di sekolah.
Yang membuat mereka semangat bukan kegiatannya tetapi
hadiahnya, juara pertama lomba memasak akan mendapatkan uang Rp. 5 juta
ditambah dengan seragam sekolah untuk masing-masing siswa.
“Sekarang dari
masing-masing kelompok silahkan pilih kedua dan bagi tugas masing-masing”,
lanjut Rohmah menjelaskan kepada temannya.
Sekarang kelas menjadi semakin gaduh, “kelompok kita siapa
yang menjadi ketua, kalau tidak ada aku saja”, ucap Tantri lantang. “Ya sudah,
kamu saja, setuju semua kan?”, tanya yang lain. “Setuju”, jawab lainnya kompak.
Sementara kelompok lain sibuk berdiskusi memilih ketua,
kelompok Tantri sudah siap mulai menjalankan tugas. “Kamu, tolong buat daftar
peralatan makan yang nanti kita butuhkan, semua jangan sampai terlewat”, ucap
Tantri kepada salah satu anggota.
“kamu buat daftar jenis – jenis sendok, kamu buat daftar jenis piring, kamu kebagian mangkuk” lanjut Tantri dengan piawai memberikan instruksi kepada teman-temannya.
“kamu buat daftar jenis – jenis sendok, kamu buat daftar jenis piring, kamu kebagian mangkuk” lanjut Tantri dengan piawai memberikan instruksi kepada teman-temannya.
Waktu terus berlalu, satu persatu kebutuhan sudah dicatat,
kelompok Tantri paling pertama menyelesaikan daftar hal yang harus disiapkan.
Setelah mencatat dengan rapi apa saja yang akan disiapkan, Tantri lalu menemui Rohmah untuk mendiskusikan hal tersebut. Setelah sedikit perdebatan dengan Rohmah akhirnya semua sudah pas, tinggal menyiapkan berbagai kebutuhan tersebut.
Setelah mencatat dengan rapi apa saja yang akan disiapkan, Tantri lalu menemui Rohmah untuk mendiskusikan hal tersebut. Setelah sedikit perdebatan dengan Rohmah akhirnya semua sudah pas, tinggal menyiapkan berbagai kebutuhan tersebut.
Begitulah, suasana kelas begitu gaduh sampai akhirnya satu
persatu kelompok menyelesaikan tahap awal tugas mereka masing-masing.
Tak ada
satu pun meja yang berada di tempatnya, begitu juga kursi. Melihat suasana yang
begitu kacau tersebut Rohmah pun mengambil sikap.
“Perhatian semua, sekarang karena sebentar lagi jam pelajaran terakhir di mulai saya minta tolong meja kursi kita rapi kan lagi, kita selesaikan tugas kita selanjutnya di luar kelas, yang terpenting kita sudah mendapatkan gambaran apa saja yang harus kita siapkan.
“Perhatian semua, sekarang karena sebentar lagi jam pelajaran terakhir di mulai saya minta tolong meja kursi kita rapi kan lagi, kita selesaikan tugas kita selanjutnya di luar kelas, yang terpenting kita sudah mendapatkan gambaran apa saja yang harus kita siapkan.
Beberapa menit kemudian guru datang ke kelas dan pelajaran pun dimulai seperti
biasa.
Kegaduhan di dalam kelas tadi berlanjut ke luar kelas.
Sesaat setelah pelajaran usai Tantri berkumpul dengan kelompok-nya di kantin
sekolah.
“Sekarang bagaimana nih?”, tanya salah satu murid. “Ya, sekarang kita tinggal bagi tugas, siapa yang menyiapkan piring, mangkuk dan seterusnya”, ucap Tantri. “Iya, lebih cepat lebih baik, aku sudah lapar nih”, jawab yang lain.
“Sekarang bagaimana nih?”, tanya salah satu murid. “Ya, sekarang kita tinggal bagi tugas, siapa yang menyiapkan piring, mangkuk dan seterusnya”, ucap Tantri. “Iya, lebih cepat lebih baik, aku sudah lapar nih”, jawab yang lain.
“Ya sudah, sekarang kalian pilih masing-masing, tapi jangan
berebut, sisanya nanti kita bagi”, akhirnya mereka mengambil bagian masing.
Karena jumlah peralatan makan yang dibutuhkan jenisnya sedikit maka
masing-masing anak sudah mendapat jatah sendiri.
Kemudian Tantri pun memberikan penjelasan lanjutan, “karena
ini adalah untuk lomba maka semua peralatan makan yang nanti dikumpulkan harus
bagus, cantik, menarik dan bukan yang seperti biasanya kita pakai di rumah. Mulai
besok kita kumpulkan peralatan tersebut di rumahku”, jelas Tantri.
Ke esokan harinya murid-murid mulai sibuk, terutama kelompok
Tantri yang harus menyiapkan peralatan makan dan minum. Satu persatu murid
membawa berbagai peralatan yang mereka miliki di rumah. Dalam dua hari semua
peralatan makan cantik yang mereka butuhkan sudah terkumpul di rumah Tantri.
Hari itu, pulang sekolah mereka pun berkumpul di rumah
Tantri untuk melihat persiapan yang ada. “Tantri, kira-kira apa kita butuh multipan
party set peralatan makan murah?”, tanya salah seorang teman Tantri. “Tidak
usah, kita kan bukan hendak jual peralatan makan. Kita tidak perlu menyiapkan
yang seperti itu”, jawab Tantri.
“Apa kira-kira ini semua sudah cukup bagus ya?”, tanya yang
lain. “Sekarang dari pada kita penasaran lebih baik kita susun peralatan ini
seperti saat akan digunakan di meja makan, dengan begitu akan terlihat mana
yang cocok dan mana yang tidak”, ujar salah satu teman. “Ya, benar itu,
sekarang coba kita susun dulu”, lanjut Tantri.
Mereka pun menyusun berbagai peralatan tersebut di meja yang
sebelumnya sudah disiapkan. Setelah selesai mereka coba mengamati
masing-masing. “Sendok ini janggal, tidak cocok dengan yang lain”, ucap salah
satu dari mereka.
“Tunggu, jangan diambil dulu, nanti bubar”, ucap yang lain.
“Kita cari penggantinya dulu, baru diambil”, jawab yang lain. Penyesuaian pun
terus diakukan sampai akhirnya masing-masing dari mereka puas dengan tampilan
peralatan makan yang tertata rapi di meja.
“Sip, sepertinya sudah”, celetuk salah satu dari mereka. “Iya
sudah bagus”, timpal yang lain. “Mantap”, lanjut Tantri, “tapi….”, ucap Tantri
lagi. “Tapi apa…?” tanya yang lain serempak.
“Sadar tidak sih kalian kalau semua itu masih terlihat
biasa, nih coba lihat gambar peralatan makan restoran yang sudah aku siapkan,
bandingkan, bagaimana?”, ucap Tantri.
“Iya, benar kalau melihat contoh peralatan makan yang ada
digambar ini benar-benar pas, cantik dan mewah”, ucap salah satu dari mereka. “Iya
benar, tapi kan yang kita bawa ini sudah yang paling bagus yang kita punya”,
ucap yang lain sedikit kecewa.
“Bagaimana kalau kita menyewa saja?”, ada salah satu teman
yang memberikan usul untuk menyewa peralatan makan yang dibutuhkan.
Tetapi Tantri menolak tegas dengan alasan itu akan menambah beban pengeluaran mereka. Akhirnya Tantri pun mengambil keputusan bijak, “ya sudah, kalian sudah memberikan yang terbaik sekarang tinggal aku”, ucap Tantri.
Tetapi Tantri menolak tegas dengan alasan itu akan menambah beban pengeluaran mereka. Akhirnya Tantri pun mengambil keputusan bijak, “ya sudah, kalian sudah memberikan yang terbaik sekarang tinggal aku”, ucap Tantri.
“Kemarin aku sudah minta izin ibuku untuk meminjam satu set
peralatan makan yang paling bagus. Sekarang tolong kita lengkapi kekurangan
yang ada dengan memilih dari peralatan makan milik ibuku, bagaimana?”, tanya
Tantri.
Mereka pun setuju, sebelum mengeluarkan peralatan milik ibu
Tantri mereka membereskan peralatan lain yang tidak akan dipakai. “Kenapa susah
susah memilih yang pas, kenapa tidak kita gunakan peralatan Tantri saja?”, usul
salah satu teman.
“Tidak begitu, peralatan ini juga tidak lengkap jadi kita
tetap harus menggunakan yang sesuai”, sambil membagikan sebuah kertas Tantri
menjelaskan kepada teman-temannya, “itu daftar menu yang akan kelas kita buat,
Rohmah dan semua perwakilan kelompok sudah setuju jadi tugas kita sekarang
menyiapkan semua kebutuhan peralatan makan untuk menu-menu tersebut”.
Akhirnya setelah berdiskusi dan melakukan banyak sekali
penyesuaian dipilihlah satu set alat masak yang sesuai. Tetapi, tiba-tiba
ketika mereka sedang menyusun peralatan tersebut… “Prang….”, terdengar sesuatu
terjatuh ke lantai. “Aduh….. kamu ini bagaimana sih, kok bisa jatuh?”, ucap
Tantri.
“Aduh maaf, wah ini yang paling penting lagi, bagaimana
ini?”, ucap Risma yang menjatuhkan piring saji untuk menu utama. “Tambah
pekerjaan deh…”, ucap yang lain.
“Sudah, sudah tidak apa-apa, kita memang sudah lelah”, ucap
Tantri, “kita bereskan saja, besok kita cari penggantinya”, lanjutnya.
Waktu berjalan begitu cepat, semua kelompok sudah menyiapkan
segala sesuatunya dan tinggal menunggu hari lomba, kecuali kelompok Tantri.
“Bagaimana ini Tan, kita belum mendapatkan piring pengganti yang cocok”, ucap
Risma. “Kamu sih, teledor…”, iya sih, maaf”, jawab Risma.
“Ya sudah, nanti sore kamu ke rumah, kita ke tempat
saudaraku”, ucap Tantri. “Saudara siapa, ke rumah Dion ya, asyik…”, ucap Risma.
“Hust… jangan genit deh, kita kesana mau meminjam piring unuk menu utama kita,
awas ya!”, ucap Tantri sambil mencubit tangan Risma.
Akhirnya, kelompok Tantri mendapatkan piring untuk
melengkapi peralatan makan yang sudah ada. Sekarang semua tinggal menuju
waktunya lomba. Semua surah siap, para siswa yang ditunjuk sebagai koki utama
sudah berlatih setiap hari, anggota lain pun sudah siap dengan bagian
masing-masing.
“Apapun hasil lomba nanti, yang terpenting kita sudah
memberikan yang terbaik”, ucap Rohmah, “dan yang paling utama kita sudah bisa
menunjukkan kerja sama yang sangat baik, aku bangga pada kalian semua”, lanjut
Rohmah.
“Terima kasih buat teman-teman semua yang sudah memberikan kepercayaan kepada ku untuk menjadi koordinator, tanpa kerja sama kalian aku pasti tidak bisa berbuat apa-apa, sekali lagi terima kasih”, ucap Rohmah membuat seluruh temannya terharu, Peralatan Makan, Cerpen tentang Sekolah. “Semangat…..!” ucap mereka kemudian sebelum memulai perlombaan tersebut.
“Terima kasih buat teman-teman semua yang sudah memberikan kepercayaan kepada ku untuk menjadi koordinator, tanpa kerja sama kalian aku pasti tidak bisa berbuat apa-apa, sekali lagi terima kasih”, ucap Rohmah membuat seluruh temannya terharu, Peralatan Makan, Cerpen tentang Sekolah. “Semangat…..!” ucap mereka kemudian sebelum memulai perlombaan tersebut.
--- Tamat ---