Fashion dan Aksesoris Baju

Contoh cerpen singkat terbaru tentang fashion dan aksesoris baju. Contoh cerpen terbaru kali ini adalah sebuah kisah motivasi yang cukup bagus untuk dibaca. Di dalam cerpen ini diceritakan bagaimana perjuangan seorang gadis dalam menggapai cita-cita. 



Apa yang ia lakukan benar-benar bisa dijadikan contoh dan inspirasi bagi kita semua. Bagaimana tidak, Omega adalah seorang gadis yang tidak memiliki apa-apa selain ketekunan, keikhlasan dan kerja keras. 

Namun berkat kualitas kepribadian tersebut ia justru mampu mandiri meski dengan susah payah berjuang. Hidup seorang diri, Omega harus mencukupi kebutuhan dengan bekerja serabutan. 

Apapun ia kerjakan yang penting halal. Ia sama sekali tidak pernah mengeluh dan menyalahkan nasib. Ia menjalani hidupnya dengan positif hingga kebaikan pun menghampirinya.

Di akhir perjuangannya, akhirnya ia bisa merintis usaha sendiri yang bergerak di bidang fashion dan aksesoris pakaian. Dengan berbekal kain sisa konveksi ia membangun bisnisnya sendiri. Seperti apa kisah yang dialaminya, kita simak saja cerpen berikut!

Fashion dan Aksesoris
Cerpen Oleh Irma

Omega mencoba merapihkan pakaian miliknya yang sudah hampir tidak layak untuk digunakan, warnanya sudah pudar, jahitannya pun banyak yang sudah tambal sulam. 

Untuk memenuhi sebagian keinginan untuk berpakaian layak, gadis sebatang kara tersebut terpaksa rela menambal pakaiannya yang sudah tak layak.

Hidup sebagai pekerja serabutan yang tak mengenal bangku sekolah, Omega sama sekali tidak mengenal arti fashion atau aksesoris. Yang ia tahu, ia hanya memiliki beberapa pasang baju yang selalu ia gunakan setiap hari untuk bekerja.

Meski begitu, Omega adalah gadis miskin yang memiliki impian besar. Ia ingin memiliki usaha butik sendiri, dimana ia bisa menjahit baju-baju yang bagus dengan tangannya sendiri.

Perjalanan hidup Omega memang sangat keras. Ayahnya meninggal di rampok ketika ia masih didalam perut. Sedangkan ibunya meninggal setelah ia berumur 5 tahun, ia kemudian di asuh sang nenek yang pada akhirnya juga mati di rampok.

Dulu keluarga Omega sebenarnya orang yang cukup mapan, namun karena mereka sangat sombong dan kikir maka mungkin mereka menerima azab. Hampir satu keluarga meninggal karena kejahatan yang berhubungan dengan harga.

Ia diasuh tetangga yang iba sampai usia 10 tahun, setelah itu ia hidup sendiri di rumah peninggalan orang tuanya. Rumah yang dulu paling bagus itu kini menjadi rumah paling tua dan buruk. Tapi begitulah, berteduh di rumah sendiri membuat Omega sangat tegar bahkan sangat keras seperti seorang lelaki.

Sampai saat usia remaja itu ia sering menghajar anak-anak yang ingin berbuat jahat padanya. Ya, lagi-lagi dari bantuan tetangganya yang megasuhnya dulu ia mulai di kenalkan ke beberapa orang yang bisa mempekerjakannya. 

Kadang sebagai tukang cuci, kadang pembantu di toko dan kadang menjadi kuli memasang kancing baju di sebuah usaha konveksi.

Satu yang bisa membuat Omega bertahan adalah ia pekerja keras dan tidak pernah malas. Meski dibayar murah ia selalu bekerja dengan senang dan sungguh – sungguh. Karena itu banyak yang suka kepadanya.

Ia paling suka ketika ia diminta untuk bekerja di konveksi, pekerjaan apapun ia sangat senang, bahkan sering ia dengan suka rela membantu pemilik konveksi dalam menyelesaikan setiap pekerjaannya tersebut.

Sebagai imbalan, ia hanya meminta potongan-potongan kain yang sudah tidak dipakai dan akan dibuang. “Untuk apa Omega, itu kan sampah”, ucap pemilik konveksi. “Tidak apa bu, ini untuk mainan saja…”, jawabnya. 

“Kamu ini… ada – ada saja, ya sudah kamu ambil saja yang kamu butuhkan, setelah itu tolong kamu kumpulkan sisanya dibagian belakang”, lanjut pemilik konveksi.

Sekali dua kali ia hanya memilih sebagian potongan kain itu, tetapi suatu hari ia mendapatkan ide yang sangat bagus dan ia meminta semua sisa potongan kain tersebut. Sang pemilik konveksi pun mengijinkan ia membawanya.

Rupanya ia punya ide untuk membuat pakaian dan aksesoris dari potongan kain tersebut. Di rumah ia mulai memilih dan memilih potongan kain berdasarkan lebar dan warnanya. Berbulan-bulan ia memilih dan memilah potongan kain tersebut hingga akhirnya…

“Tapi aku tidak punya mesin jahit, bagaimana aku bisa mengerjakan kerajinan tersebut?”, Omega pun bingung. Akhirnya ia memberanikan diri untuk meminta bantuan kepada pemilik konveksi yang selalu baik padanya. 

“Untuk apa, mesin itu kan sudah tidak terpakai, sudah tidak bisa diperbaiki”, mendengar penjelasan itu, Omega yang berniat meminta mesin jahit bekas tersebut pun langsung kecewa.

Rupanya sang pemilik konveksi pun tahu akan hal itu, akhirnya ia memberikan saran. “Begini saja Omega, kamu bekerja disini lebih keras, lebih giat, mulai besok kamu akan saya gaji bulanan. 

Gaji tersebut tidak usah kamu ambil, nanti akan saya belikan mesin jahit bekas dan gaji kamu untuk mencicilnya.

Mendengar hal itu tentu saja Omega sangat senang. Ia berterima kasih dan langsung berlutut dan sujud di kaki pemilik konveksi tersebut. “Sudah, sudah, sekarang lebih baik kamu kerja saja.

Impiannya untuk bekerja di dunia feshion dan aksesoris bisa terwujud meski hanya bekerja membuat kerajinan tekstil dari kain sisa.

--- Tamat ---

Back To Top