Melalui contoh cerita kali ini kita akan membahas sebuah kisah cerpen pengalaman pribadi tentang sebuah kegiatan yang dilakukan siswa di sekolah. Ya, cerpen ini cukup singkat dan hanya mengisahkan satu cerita saja.
Namanya juga cerita pengalaman, ya tidak begitu penuh dengan dramatisasi kejadian. Meski begitu kisah yang diangkat dalam cerpen singkat tersebut juga cukup menarik dan menghibur. Dan yang terpenting, kisah cerpen ini belum pernah dipublikasikan jadi benar-benar paling baru.
Cerpen ini berkisah seputar dua remaja sekolah yang diberi tugas untuk membuat sebuah kerajinan tangan. Diceritakan, mereka begitu sibuk sehingga satu hari sebelum pelajaran di mulai mereka belum menyelesaikan tugas yang diberikan.
Padahal, esok tugas yang diberikan sudah harus dikumpulkan. Akhirnya, sepulang sekolah mereka mengerjakan tugas kerajinan tersebut.
Ketika mereka sedang mengerjakan kerajinan, ada kejadian yang cukup menarik. Mau tahu apa sebenarnya yang terjadi, baca langsung cerpen tersebut di bawah ini.
Kabut masih samar terlihat di kejauhan. Aku berangkat pagi itu. Udara terasa begitu dingin. Sesekali ku usap kedua lenganku. Bergantian untuk mengurangi rasa dingin. Jalanan masih sedikit sepi, hanya satu dua anak sekolah yang terlihat melintas.
Aku mengendarai motorku dengan cukup pelan sambil sesekali mengawasi jalanan.
Cerpen ini berkisah seputar dua remaja sekolah yang diberi tugas untuk membuat sebuah kerajinan tangan. Diceritakan, mereka begitu sibuk sehingga satu hari sebelum pelajaran di mulai mereka belum menyelesaikan tugas yang diberikan.
Padahal, esok tugas yang diberikan sudah harus dikumpulkan. Akhirnya, sepulang sekolah mereka mengerjakan tugas kerajinan tersebut.
Ketika mereka sedang mengerjakan kerajinan, ada kejadian yang cukup menarik. Mau tahu apa sebenarnya yang terjadi, baca langsung cerpen tersebut di bawah ini.
Membuat Kerajinan Tangan
Cerita Oleh Mandes
Kabut masih samar terlihat di kejauhan. Aku berangkat pagi itu. Udara terasa begitu dingin. Sesekali ku usap kedua lenganku. Bergantian untuk mengurangi rasa dingin. Jalanan masih sedikit sepi, hanya satu dua anak sekolah yang terlihat melintas.
Aku mengendarai motorku dengan cukup pelan sambil sesekali mengawasi jalanan.
Selesai memarkir kendaraan, aku tak langsung ke kelas karena pasti masih sepi. Aku memutuskan duduk menunggu beberapa teman di taman depan sekolah.
Sambil melihat lagi beberapa
tugas yang diberikan guru, aku menyempatkan diri membuka beberapa bungkus roti.
Sudah kebiasaanku memang, aku tidak pernah sarapan di rumah dan lebih suka
sarapan sebungkus atau dua bungkus roti di taman sekolah.
Satu dua suap secara cepat
meleleh di mulut, pagi itu roti isi yang ku bawa terasa begitu nikmat ditemani
udara pagi yang masih dingin. Sayang, aku tidak bisa menikmatinya dengan secangkir
teh hangat.
Hanya dalam hitungan menit,
suasana berubah menjadi riuh, perlahan, suasana semakin ramai dengan
murid-murid sekolah. Satu dua guru sudah mulai terlihat, aku pun buru-buru
mengemasi barangku.
“Hei Ana, sudah dari tadi kamu?”
“Lumayan, sudah sempat sarapan
juga, roti isi, mau? Tapi tinggal bungkusnya…”
“Dasar kamu ya, sudahlah yuk ke
kelas…”
“Yuk… gimana tugas kamu, sudah
selesai semua, hari ini aku sedang tidak ingin memberi contekan loh…”
“Enak aja, sudah lah, memangnya
aku suka mencontek…!”
Sambil sesekali bercanda, aku dan
sahabatku Lia langsung menuju kelas. Dikelas kami langsung meletakkan tas dan
beberapa buku di atas meja…
“An, kamu tidak lupa kan alat dan
bahan untuk kerajinan yang akan kita buat nanti?”
“Tidak, makanya tas ku berat,
lagian kenapa tidak kita kerjakan di rumah saja sih?”
“Ya kamu kan tahu, lusa hasil
kerajinan kita sudah harus dikumpul sementara waktu kita sempit… waktu untuk
jalan ke rumah kan lumayan untuk menyiapkan bahannya…”
“Ya tapi kan enggak harus ngoyo
juga kali..”
“Ya enggak apa-apa lah, sesekali
ini, yang penting besok selesai…”
“Lagian kamu sih, diajak buat
yang enak aja tidak mau, coba kalau buat gantungan kunci aja pasti cepat…”
“Ana….sudah deh jangan bawel,
lihat tuh gurunya sudah datang, pokoknya pulang sekolah kita selesaikan
kerajinan tangan itu!”
Selama sekolah aku memang belum
pernah sama sekali pulang sampai sore. Biasanya ada acara apapun aku pasti
pulang lebih dulu, makan di rumah baru setelah itu berangkat lagi. Tetapi hari itu
sepertinya aku tidak ada pilihan lain.
Demi untuk menyelesaikan tugas
membuat kerajinan tangan maka aku harus rela makan siang di kantin, padahal aku
paling anti makan di kantin. Bukan karena makanannya yang tidak enak tetapi aku
memang tidak terbiasa makan di tempat yang harus antri, tahu sendiri kan kalau
di kantin sekolah bagaimana.
Di kelas, hari itu tidak ada yang
spesial, semua pelajaran ya seperti biasanya. Setelah selesai sekolah Ida
langsung mengajakku ke kantin untuk makan siang.
“An, langsung ke kantin dulu yuk,
makan dulu setelah itu kita langsung buat kerajinan…”
“Ya sudah yuk, aku juga sudah
lapar nih…”
Ternyata, di kantin tidak seperti
suasana yang biasa aku bayangkan, sangat berbeda dengan ketika jam istirahat.
Suasana kantin lebih sepi dan lebih rapi, nyaman juga duduk sambil makan siang
di kantin, apalagi sambil bercanda bersama sahabat.
“Sudah lama juga ya aku gak makan
di kantin sepulang sekolah, ternyata…”
“Ya, makanya gaul, enak juga kan,
tidak seperti waktu istirahat..”
“Iya, kalau ini lebih santai,
tidak berebut seperti bebek, he ehehe…”
Tak lama, segera setelah kami
selesai menyantap hidangan di kantin kami langsung menuju ke taman depan.
Disana kami langsung mengeluarkan segala bahan untuk membuat kerajinan yang
harus dikumpulkan besok.
Rencananya, untuk tugas esok kami akan membuat pajangan dinding, sejenis tulisan unik yang dibingkai dengan menarik. Aku dan Ida langsung mulai mengerjakannya.
Rencananya, untuk tugas esok kami akan membuat pajangan dinding, sejenis tulisan unik yang dibingkai dengan menarik. Aku dan Ida langsung mulai mengerjakannya.
“Da, aku yang bikin grafiti ya,
kamu siapkan bingkainya…”
“Yak, eh, di ukur dulu aja…”
“Iya… ini lagi diukur kertasnya…
penggaris mana penggaris”
“Waduh, ketinggalan nih….”
“Ah…. Ya udah lah pakai lipatan
aja…”
Awalnya kami santai dalam
mengerjakan pembuatan kerajinan tersebut tetapi baru lima menit kami sudah
gugup, maklum soalnya dikejar waktu juga sih. Sementara itu, lagi sibuk
mengerjakan bagian-bagian kerajinan tersebut tiba-tiba datang dua orang cowok
menghampiri kami… Rupanya cowok ganteng dari kelas sebelah…
“Hei… serius benar, sedang apa
kalian..” ucap salah satu dari mereka
“Buat kerajinan mau di kumpul
besok….” Ucapku tanpa menoleh kepada mereka.
“Iya, tugas tambahan…” timpal Ida
sambil melirik kepada mereka
“Boleh kami bantuin….” Ucap yang
satunya lagi.
“Enggak, enggak usah repot-repot
sebentar juga kelar…” ucapku tegas
“Iya… gak usah…. Gak usah
lama-lama buruan bantuin kalau mau” Tambah Ida
Kedua cowok itu pun tersenyum dan
langsung mengambil bagian… Salah satu dari mereka membantu membereskan bilah
bambu untuk dasar bingkai dna satunya membantu menyiapkan kertas dan pernik hiasan
sementara Ida tetap dengan tugas awalnya menyiapkan pernak-pernik hiasan..
Banyak yang kami buat khususnya
untuk hiasannya karena kami ingin karya tangan ini benar-benar unik dan
menarik. Karena sangat serius tak ada satu suara pun yang keluar dari mulut
kami. Sampai akhirnya aku merasa tidak enak juga telah merepotkan mereka berdua
yang bahkan belum kami kenal sama sekali…
“Eh… kalian kalau capek gak usah
bantuin gak papa kok…”
“Eh iya, kami jadi gak enak nih…”
“Gak enak apa enak….”
“Iya, sudahlah, kalian ini tidak
perlu sungkan sama kita…”
“Iya, kebetulan kami juga sedang
santai kok…”
Hampir setengah empat, akhirnya
kami memutuskan untuk menyelesaikan tugas kerajinan tersebut di rumah setelah
selesai menempelnya menjadi satu bagian…
“Akhirnya, jadi juga…” ucapku
“Tapi masih acak-acakan gitu Na…”
jawab Ida
“Ya sudahlah tidak apa – apa,
sudah sore, nanti sisanya aku beresin di rumah…” jawabku
“Beneran?” ucap Ida
“Iya…. Bawel. Apa kamu yang mau
beresin dan rapihin?” aku menimpali
“Ya kamu aja deh, tapi yang rapi
ya, awal kalau besok hasilnya masih berantakan seperti ini!” jawab ida
“Itu sudah bagus kok…” ucap salah
satu cowok tadi menimpali.
“Iya… bagus-bagus, tapi mungkin
hiasannya terlalu rame, jadi grafitinya gak kelihatan…” tambah satunya.
“Iya, nanti dirapihin lagi kok….
Bwt terimakasih banyak ya atas bantuannya” ucapku
“Sama-sama…. Oh iya, aku Anton
dan ini temanku Toni” ucap salah satu dari mereka.
“Oh iya.. aku Ana dan ini teman
cantik ku Ida….” Jawabku sambil tersenyum.
Sore itu akhirnya tugas membuat
kerajinan tangan selesai dengan baik. Kerja keras memang selalu dibayar dengan
manis, apalagi ada bonus kenalan dua orang cowok ganteng, lumayan untuk tambah
teman.
Begitulah, setelah membereskan
semua yang ada, kami tak lupa membersihkan halaman yang kotor karena bekas
kertas dan bambu. Setelah itu kami langsung bergegas pulang. Sesampainya di
rumah aku istirahat sebentar, memanjakan diri dan langsung membereskan dan
menyelesaikan kerajinan tersebut.
Suara jangkrik mulai terdengar
lebih jelas seiring kendaraan yang semakin sepi. Malam telah menjelang, tak
terasa waktu telah menunjukkan jam 10 malam. Mataku mulai tak sanggup terbuka,
desiran angin dan suara serangga malam seolah menina-bobokkan aku, seketika itu
aku tertidur pulas.
--- Tamat ---