Cerpen Bahasa Indonesia dan Inggris tentang Wanita Malam

Contoh cerpen bahasa Indonesia dan terjemahan Inggris. Ya, kali ini tema yang diusung tentang wanita malam berikut ini adalah hasil latihan dalam membuat karangan fiksi berdasarkan inspirasi dari kehidupan nyata. Cerpen ini nantinya akan dimuat dalam dua bahasa sekaligus yaitu menggunakan bahasa Indonesia dan juga menggunakan terjemahan.

Cerpen Bahasa Indonesia dan Inggris tentang Wanita Malam

Ceritanya, seperti pada tema, berjudul “kupu-kupu hitam putih”, tentang perjalanan hidup seorang wanita yang harus menjalani kehidupan kelam. 

Ia mengais rejeki di malam hati saat semua orang istirahat. Tapi ada sesuatu yang berbeda jika dilihat dari watak atau karakteristik tokoh utamanya.

Ada perang batin, ada perjuangan dan ada pengorbanan dalam diri wanita tersebut. Bukan hanya itu, ada nilai-nilai relegius dan nuansa keagamaan yang coba dihadirkan oleh tokoh tersebut. Seperti apa, mari kita baca langsung.

Kupu – Kupu Hitam Putih
Cerpen tentang Wanita Malam

Mutiara, terbuang kemanapun, berada dimanapun akan tetap menjadi mutiara, meski dalam kubangan kotoran sekalipun. Pernah berpikir bahwa dalam diri seorang penjahat masih ada kebaikan di dalam hatinya? 

Percaya tidak kalau di hati seorang wanita malam ada kasih sayang yang begitu besar dan tiada tara?

Monja berdiri di sudut jembatan merah. Bibirnya tampak berkilap di terpa sinar lampu kendaraan yang tampak lalu lalang. 

Kedua tangannya mendekat lengannya yang tak tertutup kain sedikit pun. Ia tampil feminin, cantik, menggoda. Tersenyum genit ke semua mata yang mengarah ke arahnya berdiri.

“Om… om… masih sore om, santai dulu…” suaranya lemah gemulai berderu-deru, berkejaran dengan suara mesin kendaraan. 

Ia terus melambai manja pada kendaraan-kendaraan licin yang melintas tepat di depannya. Sesekali ada mobil yang menepi, berbincang sebentar dan melaju cepat.

Sampai larut, Monja berjuang mendapatkan rejeki dari Tuhan. Di dalam hatinya, masih ada sedikit keyakinan bahwa semua jalan yang sedang ia lalui ini adalah kuasa-Nya. Sesuatu yang tak mungkin ia kuasa untuk menolaknya.

Malam itu sepi, tak ada satu pun tamu yang bisa ia dapat. Ia kembali dengan langkah tertatih, melambaikan tangan ke taxi yang melintas. Pulang.

***

Subuh Monja biasa pulang dari kerja. Kerja sebagai kupu-kupu hitam putih yang mengais rejeki dari lelaki hidung belang. 

Pulang, di rumahnya telah menunggu dua orang anak kecil. Satu lelaki yang hanya bisa merangkak karena kakinya cacat dan satu anak perempuan yang tak dapat melihat.

Dua anak Monja tersebut adalah warisan dari sang suami yang telah mati tertembak karena kedapatan merampok.

Di salah satu kamar, tertidur seorang anak yang masih balita, buah dari perkawinannya yang belum pernah terlaksana. Dengan sabar, Monja memberikan selimut pada masing-masing anaknya itu.

Seandainya Monja tak kenal Tuhan, sepertinya tiga anak tersebut sudah lama dibuang atau ditinggalkannya begitu saja. 

Tapi Monja masih memiliki hati. Meski jasad-nya sudah diperlakukan seperti binatang namun perasaannya masih sama halusnya dengan manusia lain, ibu lain dibelahan bumi lain.

***

Pagi itu, Monja kedatangan seorang tamu pria. Seorang sopir mobil yang sudah lama sering mampir ke rumahnya. Membawakan oleh-oleh atau sekedar numpang istirahat barang beberapa jam.

“Kenapa mas, pagi-pagi muka kok sudah ditekuk gitu. Apa wajah dan senyumku masih kurang cantik untuk membuang semua penatmu…”

“Tidak Monja, bahkan wajah lebih cantik dari bidadari yang biasa ku tiduri. Tapi kamu tahu aku tak pernah bisa menjangkau hatimu. Itulah yang selalu menjadi beban di hidupku…”

“Ah, kamu mulai lagi mas… Ini masih pagi, masih bagus untuk mulai hari dengan niat baik mas…”

“Loh, apa niatku itu tidak baik to Monja… aku kan tidak pernah berbohong dan tidak pernah memaksa kamu…”

“Benar mas… tapi semakin sering sampean berkunjung ke rumahku maka semakin sering sampean melupakan bidadari-bidadari kecil di rumahmu…”

“Ah, kamu bisa saja…hari ini aku kurang bersemangat, boleh aku numpang tidur barang sejenak…”
“Apa yang enggak buat mas Paijo… silahkan tidur sesuka hati mas, tapi di teras saja ya…”

Di dalam hati, Monja tahu benar bahwa tamu-nya saat itu memendam rasa yang begitu besar pada dirinya. Entah, pada pria bernama Paijo ini Monja tak pernah bisa bersikap sama dengan lelaki lain seperti yang sering ia temani di jalan. Padahal, Monja yakin bahwa Paijo pun tahu apa profesi Monja sehari-hari.

“Nja… boleh aku pinjam dadamu sebentar untuk bersandar?”
“Apa mas? Aneh-aneh aja kamu mas. Kita ini bukan suami istri, ingat itu mas. Ingat dosa…”

“Ah, Monja. Apakah kamu tidak merasakan kegelisahan hatiku ini?”
“Terasa mas, bahkan sampai ke ujung rambut. Tapi mas harus menjemput aku di jembatan itu kalau mas hanya sekedar ingin merasakan tubuhku”

Setiap kali perkataan semacam itu muncul dari bibir Monja, Paijo selalu saja terdiam dan tidak melanjutkan lagi kalimatnya. 

Ia tahu benar, dalam hati kecil Monja ada rasa sakit yang teramat sangat ketika ada seorang lelaki yang sering berkunjung ke rumahnya mengatakan hal seperti itu.

Ia tak mau lebih jauh melukai Monja, wanita lain yang telah meluluhkan hatinya. Di dalam hati Paijo, sebenarnya ia ingin sekali meminang dan memperistri Monja. Namun di lain sisi, Monja terlihat tak memberikan harapan lebih jauh pada dirinya.

“Aku tak mau merusak hidup dan keluargamu yang utuh mas. Biarlah perasaan pada diri kita tumbuh begitu saja seperti bunga liar. Toh nanti perasaan itu akan mati sendiri…”

“Tidakkah ada sedikit pun celah pintu hati yang bisa kau bukakan untuk ku Monja? Apakah aku sama sekali tak layak mendapatkan cinta dari hatimu yang suci itu?”

“Tidak mas, tidak. Aku benar-benar tidak bisa. Mintalah apapun dari ku, semua pasti akan kuberikan asal jangan itu…”

Mereka saling beradu pandang. Detak jantung Monja terdengar sampai ke luar. Monja tak mampu menatap mata Paijo yang berdiri tepat di hadapannya. 

Bibirnya tertutup rapat. “Jika memang itu keinginanmu, aku berjanji tidak akan mengganggu kamu lagi dengan hal seperti itu”.

Paijo segera meraih kedua tangan Monja. Ia kemudian mengecup kedua tangan itu dengan mesra. Perlahan tubuhnya mendekat dan pelukan itu pun jatuh ke tubuh Monja yang sintal.

Monja yang telah lama menantikan saat-saat itu tak bisa berbuat apa-apa. Darahnya berdesir mendengar nafas Paijo yang semakin memburu. Ia pun kemudian larut dalam hangat peluk lelaki bertubuh kekar tersebut.

***

Malam dingin menusuk tulang. Monja berbaring di atas kasur lantai di ruang tengah di depan televisi hitam putih yang usang. Di sampingnya terlelap sesosok lelaki tinggi kekar bercambang. 

Sekilas diliriknya ke arah lelaki tersebut. Dadanya yang bidang dan berbulu tampak naik turun dengan teratur.

Monja segera memalingkan badannya ke sisi lain. Mengigit bibirnya yang ranum sambil menahan air mata. Terlihat jelas kepedihan dalam hatinya. Kepedihan karena harus membuang rasa cintanya kepada sosok tersebut.

Jiwa berkorban Monja memang begitu besar. Demi untuk menghidupi anak-anaknya ia rela menjual harga diri, mengorbankan cinta. 

Agar tidak menyusahkan, mengganggu dan menjadi sumber bencana bagi keluarga Paijo, Monja rela menahan perih sepanjang waktu. 

Air matanya terus mengalir, tapi sekuat tenaga ia menahan isak itu. Takut membangunkan seseorang yang begitu ia kagumi.

Dini hari, sekitar pukul 02.30, Monja akhirnya tak dapat menahan kantuk dan dingin. Sekali lagi ia bergulir ke dada bidang itu. Memeluknya erat.

***

Subuh, suara azan mulai bergema di seantero wilayah. Paijo terbangun mendapati wanitanya tertidur pulas dipelukannya. Ia segera menyingkirkan tangan Monja perlahan, menyelimutinya dan beranjak ke pintu dapur.

Dibasuhkannya air ke muka yang sudah mulai keriput. Ia kemudian kembali ke depan mengambil tas kecil miliknya. Ia membuka ta situ dan mengeluarkan beberapa lembar kertas berwarna merah.

Amplop putih dikeluarkannya. Dibuka dan diisi dengan lembaran-lembaran merah tersebut. Ia kemudian meletakkan amplop itu di atas tv dan pergi.

---oOo---

Namanya “Monja”, karakter dan sifatnya unik. Lalu bagaimana jika teks cerpen tersebut diubah dalam bahasa Inggris? Mungkin ada yang membutuhkan. Oleh karena itu untuk cerpen ini, dikemudian hari akan disediakan juga versi bahasa Inggris-Nya.

Sementara ini bagi yang membutuhkan cerpen bahasa Inggris bisa menerjemahkannya secara online. Atau bisa juga dengan mengikuti tautan download yang sudah disediakan. Mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk media belajar pembaca semua.

Tag : Cerpen, Ibu, Kehidupan
Back To Top