Contoh cerpen tentang wanita muslimah Inggris Indonesia yang akan kita hadirkan kali ini untuk melengkapi koleksi cerpen dua bahasa yang sudah ada sebelumnya. Maklum, untuk kategori cerita pendek (cerpen) memang masih sangat sedikit.
Bahkan mungkin tak lebih dari 100 judul. Untuk itulah satu bulan ke depan akan terus disiapkan karya-karya seperti ini.
Kali ini tema yang akan diangkat adalah tema religi. Sebuah kisah tentang seorang gadis atau wanita muslimah yang mendapatkan terpaan dan cobaan ketika ia menerapkan gaya hidup yang sesuai dengan syariat islam yang diyakini.
Kali ini tema yang akan diangkat adalah tema religi. Sebuah kisah tentang seorang gadis atau wanita muslimah yang mendapatkan terpaan dan cobaan ketika ia menerapkan gaya hidup yang sesuai dengan syariat islam yang diyakini.
Gadis yang bernama Anindya memegang teguh prinsip dengan membatasi pergaulan khususnya dengan pria yang bukan muhrim.
Ia berupaya menjaga pandangan dan ucapan agar tidak menimbulkan fitnah. Ia juga mengenakan pakaian yang bisa dengan sempurna menutupi aurat-nya.
Ia berupaya menjaga pandangan dan ucapan agar tidak menimbulkan fitnah. Ia juga mengenakan pakaian yang bisa dengan sempurna menutupi aurat-nya.
Pasti anda penasaran bagaimana kisah selengkapnya. Dari pada penasaran, mumpung masih baru dan belum banyak yang membaca silahkan nikmati langsung ceritanya di bawah ini. Berikut adalah cerpen dalam versi asli bahasa Indonesia untuk anda semua.
Di Balik Kerudung Putih Anindya
Cerpen tentang Wanita Muslimah
Anindya, dengan santai duduk di depan televisi menyaksikan berita viral yang digulirkan. Ia duduk santai sementara sang ibu menemui seorang tamu.
Pria berkulit sawo matang berpenampilan klimis terlihat duduk berbincang dengan sang ibu. Seorang laki-laki yang sudah tiga tahun terakhir mengenal Anindya.
Pria berkulit sawo matang berpenampilan klimis terlihat duduk berbincang dengan sang ibu. Seorang laki-laki yang sudah tiga tahun terakhir mengenal Anindya.
“Bu… maaf, kenapa kelihatannya Anindya acuh tak acuh dengan saya ya. Apa ada sesuatu yang kurang berkenan?”
“Oh, enggak nak, Anindya anaknya memang begitu. Dia sepertinya cuek dan sombong tetapi sebenarnya tidak seperti itu…”
“Em, ya saya hanya sedikit khawatir kalau ada sesuatu yang salah dari saya Bu?”
“Tidak Nak, tidak seperti itu kok. Oh iya, silahkan diminum dulu teh-nya, nanti dingin…”
Perbincangan antara pria itu dan ibu Anindya terlihat biasa, sederhana. Anindya sendiri sampai pria itu pulang tampak cuek dan tak peduli.
Ya begitulah, Anindya adalah gadis dengan prinsip religi yang sangat kuat. Di hidupnya, ia tidak pernah berbincang dengan pria manapun, bahkan atasannya saja sering kali dihindari.
Anindya benar-benar menjaga prinsip dan tidak mau dikotori dengan hal-hal duniawi.
Anindya benar-benar menjaga prinsip dan tidak mau dikotori dengan hal-hal duniawi.
Suatu pagi, hari itu hari minggu, Anindya berbelanja di tukang sayur keliling. Ia segera memilih sayuran, menanyakan harganya, membayar dan langsung kembali ke dalam rumah.
Sifatnya yang cukup pendiam tersebut menjadi pergunjingan bagi para tetangga. Apalagi ibu-ibu komplek yang tidak begitu akrab dengan keluarganya.
Sifatnya yang cukup pendiam tersebut menjadi pergunjingan bagi para tetangga. Apalagi ibu-ibu komplek yang tidak begitu akrab dengan keluarganya.
“Anak gadis kok sombongnya seperti itu. Bagaimana mau dapat jodoh”
“Iya, pendiam banget…”
“Pendiam mungkin Jeng, tapi kayaknya tidak sombong kok. Buktinya tadi dia menyapa, senyum juga…”
“Lah, tapi enggak ada basa-basi apapun sama Mamang Sayur…”
“Itukan lain Jeng, dia kan berkerudung, bukan muhrim mungkin…”
Begitulah, Anindya dikenal sebagai seorang gadis yang sombong dan angkuh. Bahkan banyak yang mengatakan wajahnya se-angker pohon beringin, tidak pernah senyum.
Tidak ada yang salah sebenarnya pada Anindya. Hanya saja ia memang menutup diri dengan lawan jenis.
Itu mungkin yang membuat ia terlihat sombong. Sore itu misalnya, ia pulang dari kerja, jalan sendiri menyusuri gang menuju rumah.
Itu mungkin yang membuat ia terlihat sombong. Sore itu misalnya, ia pulang dari kerja, jalan sendiri menyusuri gang menuju rumah.
Ia melangkahkan kaki dengan mantap. Pandangan lurus ke depan seolah ingin cepat sampai di rumah. Di gang itu ia sempat berpapasan dengan beberapa pemuda. Anindya sama sekali tak peduli. Ia tak melayangkan pandangan pada pemuda yang lewat.
“Hai Anindya… pulang?”, seorang pria menyapanya. Anindya hanya tersenyum simpul sebentar kemudian kembali mengarahkan pandangannya ke jalan.
Pria yang menyapa tadi adalah teman sekolahnya waktu SMA. Teman sekelas. Anindya memperlakukannya sama saja dengan pria lain.
Ia benar-benar menjaga pandangan dan hatinya dari dosa-dosa yang mengincarnya. Sebagai seorang muslimah, Anindya memegang teguh apa yang ia yakini.
Ia benar-benar menjaga pandangan dan hatinya dari dosa-dosa yang mengincarnya. Sebagai seorang muslimah, Anindya memegang teguh apa yang ia yakini.
***
Matahari pagi bersinar terang, menyinari jalan yang Anindya lalui. Pagi itu, Anindya hendak pergi ke pasar. Membantu ibu belanja berbagai kebutuhan dapur.
Dengan lincah ia berjalan keluar gang, kemudian menunggu angkot. Di tangan kirinya tergantung tas belanjaan. Di ujung jemarinya sebuah dompet di pegang erat.
Dengan lincah ia berjalan keluar gang, kemudian menunggu angkot. Di tangan kirinya tergantung tas belanjaan. Di ujung jemarinya sebuah dompet di pegang erat.
Tiga menit, angkot berhenti tepat di depannya. Ia langsung naik dan menuju ke pasar. Sekitar jam 09.30 ia sudah menyelesaikan belanjaan.
Tas berisi penuh. Ia segera menuju ke tempat angkot menunggu penumpang. Ia kemudian disambut oleh angkot dengan nomor dan warna yang sama seperti yang ia naiki tadi pagi.
Tas berisi penuh. Ia segera menuju ke tempat angkot menunggu penumpang. Ia kemudian disambut oleh angkot dengan nomor dan warna yang sama seperti yang ia naiki tadi pagi.
Sepuluh menit, Anindya turun dari angkot di depan gang. Tepat sedetik setelah ia membayar ongkos angkot, dibelakang angkot tersebut melaju kencang sebuah motor, mengarah ke sisi kanan jalan dan bertabrakan dengan pengenara lain dari arah berbeda.
Seorang remaja terpelanting tepat di sisi kiri Anindya. Kakinya menabrak tepian trotoar. Celananya sobek, darah segar mengalir dari kakinya. Anak itu mencoba bangun dan terjatuh meringis kesakitan.
Seketika itu, Anindya langsung bergegas jongkok di dekat anak itu. Dengan cekatan ia melatakkan belanjaan, membantunya duduk di tepi jalan.
Tangan kirinya diangkat ke atas, Anindya menggigit lengan bajunya yang panjang dan merobeknya. Ditariknya sobekan baju itu dengan tangan kanan sampai pergelangan tangannya yang putih terlihat.
Ia kemudian mengikatkan sobekan itu di kaki bocah yang dari tadi hanya bisa meringis kesakitan. Orang-orang lain kemudian dating membantu.
Ada yang segera menyingkirkan motornya ke tepi jalan. Kemudian ada yang memapah anak itu ke depan tokoh yang lebih aman.
Ada yang segera menyingkirkan motornya ke tepi jalan. Kemudian ada yang memapah anak itu ke depan tokoh yang lebih aman.
Setelah luka di kaki anak itu di balut dengan sobekan baju Anindya. Beberapa orang kemudian menghantarkan anak itu ke rumah sakit terdekat.
Anindya memandang pilu kepada anak tersebut. Sejenak ia terdiam, melamun. “Mbak, Mbak tidak apa-apa…”, sapa seorang pria yang melihat Anindya menutupi pergelangan tangannya.
“Enggak…enggak apa-apa… bukan saya yang jatuh”, jawab Anindya sembari mengambil belanjaan dan berlalu menuju gang sempit di depannya. Di jalan ia berpapasan dengan ibu-ibu komplek yang kemudian menghadangnya.
“Nak Anindya kenapa, kenapa bajunya bisa sobek seperti itu?”
“Oh, anu bu, tidak apa-apa. Tadi ada anak kecelakaan, saya spontan saja menyobek baju saya untuk menutupi luka anak yang kecelakaan tadi”
“La it uterus kenapa tangannya dipegangi terus?”
“Iya ini bu, aurat saya kelihatan jadi ya harus ditutupi…”
Ibu-ibu komplek itu kemudian terdiam mendengar jawaban dari Anindya. Mereka tidak menyangka Anindya begitu peduli dengan orang lain.
Bahkan Anindya bisa sampai begitunya menyobek baju sendiri untuk menutupi luka anak yang jatuh tadi.
Bahkan Anindya bisa sampai begitunya menyobek baju sendiri untuk menutupi luka anak yang jatuh tadi.
“Ya sudah ya bu, saya permisi dulu…”
“Oh, iya, iya nak, silahkan…”
Percakapan antara ibu – ibu komplek pun berlanjut. Mereka kemudian membicarakan sikap Anindya yang selama ini tidak mereka ketahui.
“Ternyata ya bu… nak Anindya itu tidak se-angket kelihatannya…”
“Iya, kelihatannya ia sombong dan angkuh…”
“Ya, tapi mungkin saja ia berbohong bu… bisa saja kan?”
Sedang asyik mereka bergosip, datang melintas seorang pria. “Eh, mas. Apa benar tadi di ujung gang ada yang jatuh?”, tanya salah satu ibu-ibu itu.
“Benar Bu, saya dan Mbak Anindya sempat menolong anak itu. Ini baru saja pulang mengantarkannya ke rumah sakit…”
“Lah, bagaimana kejadiannya…?”
“Biasalah bu anak-anak, ngebut…”
“Oh…”
Tak ada lagi yang bisa menyangkal. Sekarang ibu – ibu yang biasanya mencibir dan menggunting Anindya yang pendiam itu tidak bisa berkata apa-apa. Ternyata, dibalik kerudung putih yang biasa Anindya kenakan, ada jiwa sosial yang tinggi.
--- Tamat ---
Mudah-mudahan cerpen di atas bisa menjadi bahan bacaan yang memberikan nilai positif bagi kita semua. Bisa memberi motivasi dan memperkuat iman.
Bagi rekan pembaca yang ingin menggunakan cerita ini untuk bahan belajar, silahkan nikmati juga versi bahasa Inggris dari cerita di atas dari tautan yang sudah disediakan.
Dimana, kok tidak ada yang bahasa Inggris? Jangan kaget, yang versi Inggris dari cerpen wanita muslimah ini memang tidak langsung disertakan di sini.
Yang membutuhkan silahkan download cerpen bahasa Inggris tersebut melalui tautan yang sudah disiapkan. Tinggal klik saja, anda akan diarahkan ke halaman yang dimaksud. Sampai di sini, salam!
Bagi rekan pembaca yang ingin menggunakan cerita ini untuk bahan belajar, silahkan nikmati juga versi bahasa Inggris dari cerita di atas dari tautan yang sudah disediakan.
Dimana, kok tidak ada yang bahasa Inggris? Jangan kaget, yang versi Inggris dari cerpen wanita muslimah ini memang tidak langsung disertakan di sini.
Yang membutuhkan silahkan download cerpen bahasa Inggris tersebut melalui tautan yang sudah disiapkan. Tinggal klik saja, anda akan diarahkan ke halaman yang dimaksud. Sampai di sini, salam!