Mentari, Contoh Cerita Mini 500 Kata tentang Sahabat

Judul sebenarnya adalah “Mentari” dan merupakan contoh cerita mini 500 kata tentang sahabat yang secara khusus kita siapkan demi permintaan salah satu pengunjung setia situs contohcerita.com ini.

Contoh Cerita Mini 500 Kata tentang Sahabat
Contoh Cerita Mini 500 Kata tentang Persahabatan

Kali ini kita akan berbagi kisah seru seputar sahabat. Menarik kok, tidak terlalu panjang juga. Yang pasti karangan ini akan menjadi hiburan sekaligus sarana belajar untuk kita semua. 

Untuk Risti, pembaca setia kami yang request cerita ini, mohon maaf jika karangan ini sangat sederhana dan tidak berkenan di hati. Selain kisah ini lain waktu akan kita usahakan untuk memberikan contoh lainnya. 

1) Cerpen tentang persahabatan di sekolah
2) Cerpen 500 kata tentang persahabatan
3) Cerpen 500 kata tentang sekolah
4) Cerpen persahabatan sejati
5) Cerpen persahabatan smp
6) Cerpen sahabat terbaik
7) Cerpen pendek sekali

Khusus cerita kali ini kita akan mematok panjang ceritanya hanya sekitar 500 kata saja, tidak lebih dari itu. Ini akan dijadikan sebagai sarana latihan menulis untuk kita semua. 

Melalui contoh kali ini diharapkan rekan semua bisa mendapatkan gambaran bagaimana membuat sebuah karangan yang diinginkan. Seperti apa, yuk kita baca bersama-sama di bawah ini! 

Mentari Menari dan Bernyanyi
Contoh Cerita Mini 500 Kata tentang Sahabat 

“Hai Mentari… hari ini begitu cerah, maukah kau menemaniku pergi jalan-jalan?”, suara mendayu-dayu terdengar dari ujung telepon genggam Mentari. “Hem…”, pendek jawaban Mentari. 

“Oke… bagus deh. Setengah jam lagi kami jemput” sekali lagi suara itu mendayu, kali ini terdengar lebih membara. 

Mentari tersenyum, melemparkan ponsel genggam ke atas tempat tidur. “Dasar anak-anak…”, sambil bergumam ia kembali menyisiri halaman demi halaman novel kesukaannya. 

Santai, ia sama sekali seperti tak peduli bahwa sebentar lagi teman-temannya akan datang mengajaknya hang out. 

Dasar Mentari, untuk yang satu itu ia memang sulit di goda. Matanya tampak sangat serius meresapi nilai dan alur kata demi kata yang tertulis. Hanya ekspresi wajahnya yang kadang berubah. 

“Gila… terlalu tinggi nih cerita. Bagaimana mungkin seperti fiksi begini sih. Maksudnya apa?” tampak raut muka tak senang terpancar di wajah Mentari. 

Sejenak ia mengerutkan dahi. Ia menggali lebih dalam berbagai kemungkinan alur cerita yang diinginkan sang penulis novel. “Ah…” angan dan lamunannya buyar ketika terdengar suara teriakan dari depan rumahnya. 

“Mentari…. Kami datang….”, dengan riang Juwita menghancurkan kesenangan yang sedang digumuli Mentari. 

“Ah sial kamu Wit… pakai teriak-teriak segala!” ucap Mentari sembari mempersilahkan teman-temannya masuk. 

“Iya… maaf deh. Saking semangatnya sih. Coba lihat deh, suasana sore ini begitu cerah, enak banget buat nongkrong bareng. Iya kan Rat”, ucap Juwita. 

“Wah… benar banget tuh. Apapun yang sedang kamu lakukan pokoknya wajib dan kudu ditinggalkan sejenak. Kamu harus ikut kami santai-santai!” timpal Ratni. 

“Ih… apaan sih. Siapa bilang aku mau keluar bersama kalian?” jawab Mentari. “Eits… tidak bisa berdalih. Lagi pula, kami ke sini memang sengaja hendak menculik kamu keluar. Kami tahu, kamu pasti tidak akan ikut kalau tidak dipaksa!”, senyum Juwita cerah mengejek Mentari. 

“Kalian itu memang dasar ya…. Gadis nakal!” balas mentari sembari mencolek dagu Juwita dan Ratna. Mereka pun kemudian tertawa bersama. 

Tanpa mengizinkan Mentari berdandan seperti layaknya gadis-gadis lain jika ingin bepergian, Juwita dan Ratni langsung menarik tangan Mentari. Dengan dandanan ala kadarnya, Mentari, Juwita dan Ratna melaju dengan tawa riang. 

--- 

Bermain, layaknya anak kecil. Ketiga sahabat tersebut menghabiskan sore di alun-alun kota. Taman itu seperti milik mereka sendiri, mereka tak canggung berlarian, berkejaran kesana kemari meski banyak orang lain disana. 

“Eh… kita itu kayak orang bego enggak sih. Perasaan dari tadi banyak cowok-cowok ngeliatin kita deh?” 

“Ah… masa sih. Itu sih mungkin perasaan dik Ratni saja….” 
“Ih… serius ini. Coba deh lihat cowok berbaju coklat itu. Dia dari tadi curi-curi pandang gitu…” 

“Ah… bodo amat, paling juga naksir sama gue…” 
“Ha… ha… ha…. Dasar ke-PD-an kamu tuh!” 

Keceriaan mereka seperti tak pernah pudar. Ada saja hal kecil yang bisa membuat senyum mereka merekah bak mawar di musim hujan. Sore itu, layaknya hari lain, mereka pulang dengan hati berbunga. 

Tak ada yang bisa mengalahkan Mentari menari, tak mungkin menyaingi Juwita menyanyi. Tiga sahabat itu saling membelit, mengalirkan nuansa indah persahabatan. 

Ratni tak pernah kehilangan ide gila. Gagasannya selalu menghantarkan persahabatan itu dalam kehangatan. 

Pagi yang dingin, akhir pekan yang lama ditunggu, Mentari duduk menggumuli novel yang seperti tak pernah selesai ia baca. Keseriusan berubah canda ketika Ratni dan Juwita menghancurkan momen baca si Mentari. 

---oOo--- 

Kurang lebih lima ratus kata, mudah-mudahan contoh cerita mini tentang sahabat di atas bisa bermanfaat bagi rekan semua. Dan lagi mudah-mudahan bisa mendapatkan inspirasi serta pesan baik. 

Kita bisa menggali lebih dalam pesan moral yang ada dalam cerpen atau karangan di atas. Tentu saja hal itu bisa dilakukan jika kita memahami alur ceritanya dan mampu memahami unsur-unsur yang ada didalamnya. 

Lain waktu, khusus untuk karangan seperti ini akan ditambah beberapa judul lagi. Harapannya bisa memenuhi kebutuhan bahan bacaan bagi seluruh pengunjung setia situs ini. Itu saja, salam hangat dari kami! 

Back To Top