Negara yang memiliki industri permesinan dunia terus - menerus melakukan persaingan secara ketat. Tidak terkecuali negara di kawasan asia timur seperti Jepang, Korea, Taiwan dan China yang saat ini menjadi raja di dunia.
Ini merupakan dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Di China misalnya. Ekspor mesin China ke rusia pada tahun ini melebihi nilai ekspor Negara Jerman yang selama ini mendominasi pasar manufaktur rusia.
Asosiasi industri teknik mesin Jerman (VDMA) menyebutkan bahwa, untuk pertama kalinya ekspor mesin China ke rusia meningkat pada 2016. Nilai ekspor China ke Rusia pada tahun 2016 mencapai 4,9 miliar euro atau 5,2 miliar dolar AS.
Sedang dalam periode yang sama, nilai ekspor mesin Jerman ke Rusia sebesar 4,4 miliar euro. Kalah tipis sebenarnya kalau melihat angka angka itu.
Nilai ekspor mesin jerman ke rusia menurun karena adanya sanksi ekonomi Uni eropa yang dijatuhkan terhadap rusia dalam konflik ukraina.
Inilah yang menjadi keuntungan China dapat memasuki pasar manufaktur Rusia di saat Jerman terkena sanksi uni eropa.
Strategi China dalam meraih pasar dapat diacungi jempol karena sangat cantik dalam melihat peluang yang ada. Pemasok China jelas punya keuntungan saat ini, mereka tidak harus bergulat dengan sanksi apapun dan mereka memberikan penawaran pembiayaan mereka sendiri.
Seharusnya Indonesia perlu mencontoh strategi yang dilakukan oleh China jika Indonesia ingin meningkatkan ekspornya.
Jangan hanya mencari aman dan untung jika ekonomi ingin maju. Harus bergerak secara dinamis didalam persaingan bebas. Perlu pembenahan kebijakan luar negeri yang jelas dan efektif jika ingin meningkatkan nilai ekspor keluar negeri yang dapat meningkatkan pendapatan. (Gunarto)
Tag :
Internasional