Contohcerita.com: Cerita Pengalamanku Menjadi Buruh Aduk Bangunan - pernah merasakan bagaimana susahnya menjadi buruh bangunan, misalnya tukang aduk atau yang biasa dikenal dengan sebutan kernet (bahasa jawa)? Cerita pengalaman kerja buruh bangunan ini bisa menjadi cambuk dan pendorong bagi kita untuk terus berjuang dan berusaha menjadi lebih baik.
Cerita pengalaman menjadi buruh aduk bangunan |
Saat itu 20 Januari 2014, tepatnya hari ketika aku dan kedua sahabatku memutuskan untuk belajar merantau ke kota Jakarta yang sangat kejam itu katanya.
Yahya dan septa, itulah kedua sahabatku. Aku memutuskan untuk pergi merantau karena diajak oleh sepupu yahya di Jakarta.
Ada kerjaan bagus kata yahya sehari sebelum kami berangkat. Lalu aku dan yahya menghubungi septa untuk kami ajak pergi bersama.
Akhirnya kami bertiga berangkat kejakarta menggunakan trevel langsung sampai.singkat cerita saat aku sudah sampai dijakarta aku tinggal bersama sepupu yahya.
Beberapa hari kami tinggal disana kami bertiga belum juga diajak untuk bekerja. Namun setelah 4 hari kami tinggal aku memberanikan diri untuk menanyakan tentang persoalan ini.
Sepupu yahya sendiri bernama amin. Kami biasa memanggil bang amin. Aku memberanikan diri menanyakan tentang perihaal pekerjaan untuk kami bertiga.
Bang amin menyatakan bahwa untuk sementara waktu kami bertiga akan ditempatkan bekerja si proyek bangunan real estet.
Hati kami saat itu langsung gundah - gulana, karena sebelum berangkat kami bertiga dijanjikan untuk bekerja di sebuah pabrik roti yang bonafit.
Akhirnya karena terpaksa kami menurut saja, kali saja paabrik roti itu sedang memproses lamaran kami yang sudah diajukan.
Seminggu waktu itu kami bekerja sebagai kuli aduk bahan bangunan. Namun kami fikir kenapa pabrik tidak memanggil kami, ada apa sebenarnya.
Ternyata setelah kami tanyakan lagi kepada bang amin ia selalu berkelit mengalihkan pembicaraan kami. Katanya dia sedang menunggu pihak dalam yang akan memasukkan kami kedalam pabrik itu. Akhirnya kami saat itu berinisiatif bertanya kepada tetangga bang amin.
Ternyata setelah kami tanyakan kepada tetangga, bahwa bang amin ternyata adalah seorang makelar loker yang sangat jahat.
Akhirnya setelah kami sebulan bekerja dan mendapat gaji kami akhirnya kabur dari pekerjaan dan rumah bang amin. Kami memutuskan untuk pulang. (Gunarto)