Ada baiknya pemerintah mulai mengintensipkan lagi revolusi mental yang sudah digelontorkan agar tercipta tatanan masyarakat timur yang beradab. Banyaknya angka perceraian di Indonesia semakin membawa cita buruk bagi perkembangan peri kebudayaan timur kita yang mulai luntur.
Artis yang dulu dan sekarang banyak di gadang - gadang sebagai publik figur yang bisa menjadi contoh penyebaran tata budaya baru yang baik malah di anggap gagal total.
Maraknya perceraian dikalangan artis seperti sekarang ini memberi bukti lemahnya mentalitas dan agama dikalangan pribadi artis.
Memang tak bisa disalahkan sepenuhnya. Namun setidaknya artis bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat luas.
Kurangnya wawasan akan fungsi dirinya telah membawa mereka pada jurang hedonisme hingga menjadi keputusannya seolah dianggap baik.
Apa benar mereka bisa menjadi teladan yang baik untuk orang orang di negeri ini. Di lain sisi masyarakat kita sedang mengalami keguncangan budaya.
Budaya timur yang dulu sarat dengan kerukunan dan kesopanan mulai hilang dikalangan generasi penerus saat ini.
Maraknya angka perceraian tidak hanya dikalangan artis tidak hanya membuat masyarakat kita semakin optimis malah membuat pesimis.
Ada baiknya pemerintah perlu memiliki sesuatu yang jitu untuk merevolusi mental mental orang orang di Indonesia.
Jargon revolusi mental sebenarnya sudah di gelontorkan oleh pemerintahan Jokowi JK pada saat mereka memilih menteri - menterinya.
Namun belum ada efek yang baik dan jitu dalam pelaksanaannya secara terbuka. Perlu ada ketegasan yang benar benar bisa terlaksana.
Jangan sampai ada kendala dalam penerapan kebijakan itu. Mengingat angka perceraian kita terus meningkat setiap tahun.
Hilangnya kursus kursus pra nikah dituding menjadi penyebab maraknya angka perceraian di Indonesia.
Jika dulu masyarakat sebelum menikah harus mengikuti kursus pra nikah sekarang ini kursus itu sudah mulai hilang bahkan sangat jarang.
Generasi muda yang akan menikah belajar sendiri dan mereka terkadang terjerumus pada hal hal yang kurang baik. (Gunarto)