Bagi kita yang sedang mulai membangun sebuah bisnis atau usaha kecil, cerita pengalaman usaha tentu akan sangat menarik dan bermanfaat. Cerita - cerita pengalaman seperti ini bisa dijadikan pelajaran. Seperti pada cerpen kali ini.
Kita gali motivasi dan juga ilmu yang berkaitan dengan mendirikan sebuah usaha. Siapa tahu ada pengalaman yang bisa dijadikan pelajaran berharga. Benar tidak?
Bisnis Burung Ocehan
Cerpen Singkat tentang Pengalaman Usaha
Gagal dalam usaha sebelumnya membuatku sedikit kacau. Sedih memang, di usiaku yang masih sangat muda aku sudah harus mengalami kegagalan dalam usaha. Tapi, ini semua tidak akan mematahkan semangatku bagaimanapun juga aku harus tetap berusaha. Karena aku masih punya banyak keinginan dan juga masih banyak sekali mimpi yang harus ku raih.
Bermodalkan uang sisa dari kegagalan usahaku sebelumnya,
juga dengan sedikit pengalaman, kurasa sekarang aku sudah bisa untuk memulai
usaha baru. Survei seperti sebelumnya pun mulai ku lakukan.
Aku mulai mencari berbagai macam jenis usaha yang cocok
untukku. Sebagai langkah awal, aku mencarinya di internet. Tapi, aku masih
belum menemukan pencerahan. Seperti sebelumnya, aku juga mencoba bertanya pada
ayahku soal jenis usaha apa yang sekiranya cocok untukku. Tapi, hasilnya masih
juga nihil.
Ah, aku mulai mengalami fase-fase yang cukup menakutkan.
Menjadi seorang pengangguran sama sekali bukan impianku, tapi ini lah aku yang
sekarang. Seorang pengangguran terdidik yang kesulitan mencari makan.
Fase-fase menakutkan ini pun berakhir sampai aku bertemu
dengan salah seorang temanku. Dia adalah teman seperjuanganku semasa SMA. Dia
menawarkan suatu jenis bisnis yang menurutku cukup menggiurkan.
Usaha burung ocehan. Yaah, kurasa tidak buruk. Tidak
membutuhkan modal terlalu besar dan juga tidak terlalu sulit untuk seorang
pemula. Selain itu aku juga pernah memelihara burung. Kurasa aku cukup
berpotensi untuk memulai usaha ini.
Usaha burung ocehan pun ku mulai bersama temanku. Aku cukup
yakin dengan bisnis ini. Selain memiliki sedikit bakat dalam berternak, kali
ini aku juga memiliki partner yang harusnya bisa meringankan bebanku.
Kali ini aku dan Dani-partner bisnis burung ocehanku memulai
bisnis ini dengan modal bersama. Aku dan dia sama-sama mengeluarkan modal
sebanyak lima ratus ribu. Untuk kandang dia lah yang mengeluarkan modal.
Sedangkan aku hanya bertugas merawat dan juga mengurus
burung-burung ocehannya itu. Soal pakan, Andre lah yang bertanggung jawab. Bisa
di bilang aku lah yang bekerja disini. Karena aku lah yang mengurus
burung-burungnya dan memberi makan burung-burungnya. Sedangkan Andre hanya
perlu membelikan pakan di setiap minggunya.
Di awal-awal usaha ini, kami berdua sama sekali tidak
memiliki masalah. Kami memulai usaha ini dengan memelihara tujuh ekor burung.
Jenis burungnya memang berbeda-beda. Umur dan ukurannya juga berbeda-beda.
Kami fokus hanya pada pelatihan suara burung dan
penjualannya saja. Meski sebenarnya ada banyak peluang yang bisa kami ambil
dari usaha burung ocehan ini. Semisal membudidayakannya atau membawa nya pada
kontes-kontes burung di berbagai daerah.
Tapi, jika kami memecah fokus usaha kami ini, tentu saja
kami juga harus mengeluarkan lebih banyak modal dan juga tenaga. Selain itu
kami juga masih terbilang sangat awal. Jadi, untuk sementara kami hanya fokus
pada penjualan saja.
Sekitar sebulan kami memulai usaha ini, kami sudah bisa
mulai merasakan hasilnya. Sudah ada banyak orang yang berdatangan menawar
burung-burung kami. Tentu saja harga yang mereka tawarkan juga cukup fantastis.
Bahkan ada orang yang mau membeli salah satu burungku dengan harga dua juta
rupiah.
Dia bilang burungku ini adalah burung yang langka. Tidak mau
terlalu gegabah dalam usaha, aku pun mencoba menahannya. Lalu aku memintanya
untuk membelinya dengan harga dua juta lima ratus ribu rupiah. Dan hasilnya,
dia pun langsung kegirangan dengan harga yang aku tawarkan.
Luar biasa, baru satu bulan memulai usaha, kini kami sudah
bisa mendapatkan keuntungan yang tidak sedikit. Aku benar-benar semakin yakin
dan semakin optimis dengan bisnis ini.
Bulan-bulan berikutnya kami sama sekali tidak mengalami
banyak kendala. Bahkan kami menambah jumlah burung peliharaan kami. Tentu saja
dengan harapan bisa mendapat keuntungan lebih banyak dari sebelumnya.
Menambah jumlah burung berarti juga menambah tenaga dan
waktu yang harus di keluarkan. Tak hanya itu saja, pengeluaran pun harus
bertambah karena jumlah burung yang kami pelihara juga bertambah. Dan di sini
lah aku mengalami sebuah kendala yang cukup sulit.
Di bulan ke lima aku dan Andre menggeluti usaha ini, Andre
mulai sedikit berubah. Dia jadi jarang sekali berkunjung kerumahku untuk
melihat kondisi perkembangan burung-burung ocehan kami.
Dia juga jadi jarang menghubungi ku. Dan parahnya lagi, dia
juga jadi jarang membelikan pakan untuk burung-burung ocehan kami. Alhasil, aku
lah yang harus mengeluarkan biaya lebih.
Sudah beberapa minggu aku membelikan pakan untuk
burung-burung kami. Dan juga sudah beberapa minggu ini tak ada orang yang
menawar burung-burung kami. Tentu saja hal ini membuatku sedikit resah.
Perlahan dompetku mulai menipis. Ini semakin terasa tidak adil.
Bayangkan saja, aku yang mengurus burungnya, aku yang
merawatnya, dan aku juga yang membelikan pakan untuk burung-burungnya.
Sedangkan saat burungnya sudah laku, aku harus membagikan uang hasil penjualan
burung ini dengannya. Ini benar-benar menyulitkan.
Sampai beberapa hari setelah peruabahan sikap Andre, bencana
yang besar pun benar-benar terjadi. Sebagian burung-burung kami terkena wabah
penyakit flu burung. Mereka mati tanpa
memberikan sedikit pun uang pada kami.
Tentu saja ini karena perawatan yang kurang maksimal. Juga
karena kurangnya bantuan Andre dalam perawatan burung-burung ini.
Sebelum kebangkrutan yang kami rasakan semakin membengkak, akhirnya kami memutuskan untuk melelang burung-burung yang tersisa dengan harga yang murah. Bisnis burung ocehan pun berakhir dengan keadaan yang sangat kacau. Untuk kedua kalinya, aku mengalami kegagalan dalam usaha.
Sebelum kebangkrutan yang kami rasakan semakin membengkak, akhirnya kami memutuskan untuk melelang burung-burung yang tersisa dengan harga yang murah. Bisnis burung ocehan pun berakhir dengan keadaan yang sangat kacau. Untuk kedua kalinya, aku mengalami kegagalan dalam usaha.
---oOo---