Musim Tanam Tiba, Nasib Petani Di Tangan Pemimpin

Petani sayang. Petani malang. Ada yang menyebutnya pahlawan. Ada yang menghujam. Kenyataan. Petani hidup dalam dilema berkepanjangan. Dari sejak mulai mengolah lahan. Masa tanam sampai panen tiba.


Tak ada petani tak makan. Nyatanya petani seperti dipermainkan. Selalu tidak bisa berperan. Hidup dalam ketergantungan. 

Padahal, mereka berjuang keras. Berbalut perih untuk kenikmatan orang banyak. Nyatanya musim tanam selalu sama.

Di musim tanam ini semua masyarakat yang bertani begitu kebingungan. Mereka sendiri tidak mendapatkan pupuk dari pemerintah.

Kelompok tani yang sudah mereka buat sama sekali tidak ada gunannya untuk masyarakat.

Sehingga kelompok tani yang tadinya begitu aktif untuk menolong semua masyarakat petani kini hanya hanya sebuah strukur kepemimpinan saja.

Tidak ada sebuah kegiatan yang bermanfaat untuk petani.

"Bingung saya musim tanam tapi gak bisa nanam karena bibit dan pupuk dari pemerintah sudah gak ada" Ucap Selamet salah satu petani.

"Sama Met, aku mau keluar lah dari kelompot tani ini, kelompok tani ini tidak ada gunannya untuk petani" Ucap Darso.

Tidak lama kemudian datang pamong desa setempat yang kebetulan mempunyai sawah yang tidak jauh dari sawah-sawah masyarakat setempat.

"Lagi pada ngapain ni kok mukanya pada kusut" ucap pamong.

"Ini pak kepala pamong kita lagi bingung karena pupuk dan bibit dari masyarakat kok sekarang sudah gak turun lagi" ucap Selamet.

"Ya itulah bapak-bapak sekalian nasib desa kita sekarang yang tidak seperti dulu sebelum terjadi pergantian kepemimpinan" ucap pamong.

"Kepala desa kita sekarang kurang memberikan fikirannya untuk rakyat, dan bahkan melupakan rakyat karena asyik memikirkan dirinya sendiri.

Saya sebagai pamong tidak bisa berbuat banyak karena yang mempunyai wewenang kekuasaan penuh dalam hal ini adalah kepala desa" Ucap pamong yang juga terlihat sedih dengan nasib para petani.

Back To Top