Ketika di desa tentulah sebuah hal yang lumrah bila kita mendapati para pasangan calon kepala desa memberikan jamuan kepada para masyarakatnya. Selain sebagai ajang silaturahmi, jamuan tersebut juga sebagai alat kampanye.
Masyarakatnya juga menyambut baik acara silaturahmi dan media kampanye ini. Ternyata fenomena ini tidak hanya terjadi di desa atau wilayah pelosok saja. Di tempat kediaman Ahok pun ada fenomena makan-makan gratis menjelang pencoblosan.
Sebuah warung di Kompleks Pantai Mutiara yang dekat dengan kediaman Ahok sendiri mengaku warga sudah memesan 500 porsi mie, dan dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Hal ini seperti yang termuat dalam situs suara.com.
Masyarakat menyambut baik pembagian mie ini karena memang masyarakat hendak mencoblos tentulah membutuhkan sarapan. Dan adanya pembagian mie grastis tentulah menjadi hal yang sangat ditunggu-tunggu, karena selain geratis juga mudah karena tinggal makan.
Pada dasarnya membagi-bagikan makanan dengan alasan kebaikan itu dibolehkan dan tidak dipermasalahkan selama kebaikan itu memang benar-benar dari dalam hati dan tidak meminta timbal balik atas kebaikan yang telah dilakukan, dalam artian tidak meminta imbalan atas kebaikan yang telah dilakukan.
Dengan melakukan kebaikan secara ikhlas maka manfaat yang akan di dapat juga begitu besar baik ketika kita masih hidup atau pun ketika sudah mati nanti. Kebaikan sebaik apapun itu tidak pernah akan tergerus waktu dan jaman, dan akan selalu dicatat sebagai amal baik bila kita melakukannya dengan tulus.
Namun lain halnya bila kita melakukan kebaikan itu tidak tulus dari dasar hati maka yang ada akan menimbulkan amalan buruk yang kekal dan akan dimintai pertanggungjawaban setelah kita mati nanti. Untuk itu penting memang berbuat baik dengan tulus dan dari dasar hati paling dalam.
Selain itu kebaikan yang dilakukan atas dasar dalam hati yang kurang tulus maka akan membawa kegelisahan tersendiri karena mempermainkan kebaikan itu untuk tujuan yang tidak baik, tentulah hati kecil kita selalu berupaya dan berusaha untuk selalu menolak tindakan baik yang kurang tulus. (Arif Purwanto)