Di tengah gejolak dari pada pemerintah untuk membuat gendut APBN, kini pengamat migas Suyitno Patmosukisno memberikan sebuah komentar dalam hal penggunaan migas yang yang akan dan sudah terjadi di Indonesia.
Dalam hal ini menurut Suyitno pemerintah hanya melihat migas dalam hal APBN, tetapi tidak pernah melihat ekonomi dan juga pajak.
Artinya pemerintah terlalu ambisi untuk membuat APBN menjadi gemuk, tanpa memikirkan adanya pendapatan negara berupa pajak.
Sedangkan dalam hal tersebut Suyitno juga sangat menyayangkan bila hal tersebut terjadi, karena cadangan migas kita semakin bertambah waktu juga semakin berkurang.
Indonesia sendiri sebelumnya berhasil menghasilkan minyak 1,2 juta barel dalam sehari, dan kini hanya mampu menghasilkan 800 ribu barel.
Bila pemerintah terus mementingkan dan melihat migas dari sisi APBN tanpa melihat pajak yang dikenakan kepada para pengusaha untuk penguatan ekonomi maka tentulah akan sangat sayang sekali.
Karena memang pendapatan pajak juga menjadi hal yang sangat membantu dalam hal pembangunan nasional Indonesia.
Sebelumnya sendiri presiden Jokowi telah mengadakan sebuah rapat RAPBN 2018, yang salah satu bahasannya adalah tentang penguatan belanja modal.
Sehingga dalam hal ini kebutuhan belanja benda yang tidak mendesak maka dialokasikan untuk kebutuhan belanja modal.
Dan belanja modal itu tidak lain dan tidak bukan digunakan untuk percepatan pembangunan infrastruktur nasional. (Arif Purwanto)
Tag :
Berita Terkini,
Nasional